Powered by Blogger.

January Reads #4: The Weight of Our Sky - Hanna Alkaf

The Weight of Our Sky

Trigger warnings: OCD, anxiety, racism, graphic violence, death

Ternyata tidak hanya negara sini yang pernah rusuh karena isu rasial. Melalui The Weight of Our Sky, aku belajar tentang peristiwa 13 Mei 1969 yang terjadi di Kuala Lumpur (aku langsung merisetnya di Google, tentu saja). Kalau nanti aku bertamasya ke Malaysia lagi, aku akan mulai memandang setiap jalan yang kulewati dan tempat yang kusinggahi dengan perspektif berbeda. Kurasa dengan mengetahui (dan mempelajari) sejarah satu negara, kita akan lebih respect terhadap budaya, aturan, dan warganya.

The Weight of Our Sky berkisah tentang perjuangan Melati—remaja yang punya OCD dan senang mendengarkan The Beatles—dalam mencari ibunya karena terpisah pasca kerusuhan 1969. Melati bertemu Auntie Bee yang memintanya tinggal bersama keluarganya sampai kerusuhan selesai. Selama itu pula Melati menyaksikan bagaimana perbedaan warna kulit atau ras dapat menimbulkan perpecahan, bagaimana sekelompok orang yang selalu mengagungkan nama Tuhan begitu ringan tangan menghancurkan ciptaan-Nya. Tapi, Melati juga menemukan di antara itu semua ada orang-orang seperti Auntie Bee yang lebih memilih kebaikan dan tidak menghiraukan perbedaan.

Aku amat sangat mengapresiasi pilihan Alkaf untuk memberi peringatan (trigger warnings) di awal bab kepada pembaca dan menyarankan untuk membaca bukunya kalau sudah siap. Berharap banget setiap penulis dan penerbit melakukan ini. Jujur saja, deskripsi OCD-nya Melati yang mengetuk-ngetukkan jari di permukaan benda sambil menghitung itu membuatku ingin ikut mengetuk-ngetuk jari juga. Memang bukan bacaan mudah, tapi tetap membuatku lanjut membaca karena Alkaf mengemasnya dengan bahasa ringan dan perkembangan alur cepat.

Karena berlatar di 1969 di mana masih ada stigma terhadap mental illness (dianggap gila, dianggap karena kurang ibadah, atau karena diganggu jin/setan), Melati malah dibawa ke pemuka agama untuk "disembuhkan" alih-alih ke bantuan profesional. Akhirnya, Melati mempercayai dirinya kerasukan jin. Suara-suara yang didengar di kepalanya berasal dari Si Jin, dan Melati selalu takut ibunya akan mati kalau dia tidak menuruti perintah Si Jin untuk terus menghitung. Bagian ini membuat hatiku hancur. Dan aku sedih mengetahui sampai di akhir buku pun Melati belum mendapatkan bantuan yang layak. Tapi, aku senang mendapati bahwa Melati menemukan kepercayaan terhadap dirinya untuk berani melakukan sesuatu yang menurutnya sulit atau mustahil. Dan ada Vincent, anak Auntie Bee, yang menjadi pendengar bagi permasalahannya (setidaknya Melati tidak sendirian 😭).

The Weight of Our Sky menunjukkan bahwa "menjunjung langit" tidak akan terasa berat kalau melakukannya bersama-sama. Dan selalu ada ruang bagi siapapun yang berpijak di atas bumi yang sama.

Do not ever let anyone tell you that you do not belong here. We all do. There is space for us all.

Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung. Have you heard this before? It means where we plant our feet is where we must hold up the sky. We live and die by the rules of the land we live in. But this country belongs to all of us! We make our own sky, and we can hold it up—together.

Ngomong-ngomong, The Weight of Our Sky juga bisa dibaca dalam versi webtoon.

Bonus Here Comes the Sun - The Beatles


✦✦✦

Postingan ini adalah bagian dari January Reads. Baca juga December Reads dan postingan Monthly Reads lainnya, ya.

No comments

Terima kasih atas komentarnya, Kawan. Maaf dimoderasi dulu (ᵔᴥᵔ)