Powered by Blogger.

January Reads #3: The Count of Monte Cristo - Alexandre Dumas

The Count of Monte Cristo

Trigger warning: suicide

Tertarik baca ini setelah nonton The Shawshank Redemption yang katanya sama-sama bercerita tentang pelarian dari penjara. Dan mumpung sedang ada diskon Gedebuk Gramedia (tentu saja aku tidak akan melewatkannya), tanpa basa-basi langsung beli, deh 💁.

Memang ada bagian pelarian dari penjara, tapi tidak menjadi fokus utama. Highlight dari The Count of Monte Cristo adalah kisah pembalasan dendam Edmond Dantès alias si count dari Monte Cristo terhadap musuh-musuhnya (Danglars, Fernand, dan de Villefort) yang berkomplot memasukkannya ke penjara. Dantès dituduh sebagai Bonapartis alias pendukung Napoléon Bonaparte. Setelah menjadi OKB alias Orang Kaya Baru karena menemukan harta karun di pulau Monte Cristo, Dantès langsung mencari tahu bagaimana kehidupan mereka melalui penyamaran jadi pendeta, pegawai bank, penolong misterius yang menamakan dirinya Sinbad si Pelaut, dan (tentu saja) count. Yah, selain bergelimang harta doi juga pandai bermain peran. Tidak apa, duitnya banyak ini.

Walaupun buku ini lumayan tebal, Dumas benar-benar piawai menulis perkembangan alur yang seru sehingga tidak terasa membosankan. Konfliknya berlapis-lapis, dikemas dalam drama-drama keluarga Danglars, Fernand, dan de Villefort. Aku lebih menikmati mengikuti drama de Villefort karena permasalahan yang dihadapi de Villefort begitu kompleks. Melibatkan racun, kematian berantai, perjodohan yang dipaksakan, perebutan harta warisan, dan peristiwa politik di masa lalu.

Sayangnya, versi yang kubaca adalah abridged (versi ringkas) alias ada beberapa bab yang dikurangi. Dan setelah baca-baca di Sparknotes, terutama tentang anak perempuannya Danglars, aku langsung berpikir "Wow, Dumas beneran nulis ini di abad 19???" Tapi, secara keseluruhan bagian-bagian itu hanya berperan sebagai bumbu dramatis, sih. Aku tidak merasa ketinggalan terlalu banyak dan masih bisa mengikuti alur ceritanya.

Hal menarik lain yang kutemukan adalah Dumas tidak menulis tokoh-tokohnya murni jahat atau baik. Ada bagian-bagian yang membuatku bersimpati terhadap musuh-musuh Dantès, apalagi de Villefort (poor him 😭). Karakter Dantès berubah dari seseorang yang jujur dan selalu berbaik sangka terhadap orang lain, karena ambisinya untuk balas dendam (dan kurasa karena harta juga), menjadi tak berbeda dengan musuh-musuhnya—jemawa dan merasa punya kuasa untuk melakukan apapun.

Setelah menyaksikan berbagai penderitaan yang timbul akibat aksi balas dendamnya, Dantès menyadari bahwa dia tidak berhak menentukan nasib untuk musuh-musuhnya layaknya Tuhan. Dirinya sebagai manusia hanya bisa menunggu dan berharap akan datangnya pembalasan Tuhan bagi kebaikan dan kejahatan. Seperti apa yang ditulisnya dalam surat perpisahan di bab terakhir:

Semua kebijaksanaan manusia terkandung dalam kata-kata ini: Tunggu dan Berharaplah.

Tidak hanya tentang pelarian dari penjara dan pembalasan dendam, The Count of Monte Cristo juga mengandung misteri pembunuhan berencana (aku jadi tertarik mempelajari lebih lanjut penggunaan racun di masa lalu), drama percintaan yang berakhir tragis, makna keadilan dan kebahagiaan setelah penderitaan, dan pencarian jati diri.

✦✦✦

Postingan ini adalah bagian dari January Reads. Baca juga December Reads dan postingan Monthly Reads lainnya, ya.

No comments

Terima kasih atas komentarnya, Kawan. Maaf dimoderasi dulu (ᵔᴥᵔ)