Powered by Blogger.

Jalan-jalan Senang/Sebentar: Kembali ke Bali


Jiwaku tidak akan pernah bisa pulih dari keriaan JJS (Jalan-jalan Senang/Sebentar) selama tiga hari bulan Mei lalu, sampai-sampai aku mencoba melakukan manifesting alias praktik berpikir positif akan sesuatu agar sesuatu tersebut bisa terwujud. Tentu saja sesuatu ini adalah bisa berpergian kembali ke Bali. Bahkan sejak tahun 2012, ketika pertama kali berkunjung, pendapatku belum berubah: aku amat sangat menikmati dan menyukai setiap hari (liburan) yang kulewatkan. Kurasa hari buruk pun tidak akan terasa buruk-buruk amat jika tinggal di Bali.

Tidak ada yang lebih menyenangkan daripada ketika praktik manifesting berhasil terwujud. Beberapa bulan kemudian aku bisa kembali menikmati udara liburan khas Bali—setelah selesai mengurus perizinan cuti dulu, dong. Kali ini tempat-tempat yang mendapat kehormatan untuk dikunjungi adalah Nusa Dua, GWK, dan Bali Safari.

🪷 Hari 1 - Sabtu 🪷

Terbang dari CGK jam 10:00 pagi dan mendarat di DPS jam 12:00 siang. Wow, siapa sangka waktu tempuh ke Bali jauh lebih cepat daripada waktu tempuh Cikarang-Jakarta dengan naik KRL? Bahkan lebih nyaman alias tinggal duduk manis sampai ketiduran tahu-tahu sudah sampai tujuan.

Bertepatan dengan makan siang, setelah turun pesawat lanjut mengisi perut dengan nasi campur di Warung Wardani. Kali ini pilihan tempat makan tidak hanya terbatas di foodcourt mall (belajar dari pengalaman JJS sebelumnya). Lagipula untuk apa sudah jauh-jauh terbang ke Bali jika tidak mencoba kuliner khas di rumah makan rekomendasi Google? Terima kasih Google dan warganet atas ulasan-ulasannya yang sangat membantu si wisatawan bingung ini.

Warung Wardani terletak tidak jauh dari bandara. Menu andalannya adalah nasi campur dan ada tiga paket nasi campur yang bisa dipilih. Semakin tinggi angka paket, semakin lengkap isi nasi campur. Pada dasarnya nasi campur Bali adalah nasi rames alias nasi putih dengan berbagai lauk dan sayuran.

Aku memilih paket Nasi Campur 2 yang berisi nasi putih, telur rebus, ayam suwir, udang goreng, dendeng, kentang goreng, sate tusuk, sate lilit, dan tumis kacang panjang. Rasanya? Enak dan mengenyangkan. Pokoknya kalau sedang lapar makanan apapun terasa enak, dah.

Nasi campur Bali dengan nasi putih, telur rebus, ayam suwir, udang goreng, dendeng, kentang goreng, sate tusuk, sate lilit, dan tumis kacang panjang
Selamat makan!

Setelah itu, bertolak ke GWK (Garuda Wisnu Kencana). Itu loh patung tertinggi di Bali yang terlihat dari arah mana saja sejauh mata memandang, dan menjadi tempat makan malam para pejabat negara saat G20 kemarin. Ada shuttle bus yang mengantar pengunjung dari tempat parkir ke ticket box. Jalannya berbukit-bukit dan lokasinya agak jauh, jadi sepertinya akan lumayan melelahkan jika jalan kaki—terutama untuk kaum jompo mageran seperti aku.

Di ticket box disambut oleh pemandu yang menjelaskan detail harga dan paket tiket. Tentu saja paket tiket yang dibeli adalah yang paling standar (harga 125K per orang). Termasuk kesempatan berkeliling area GWK sepuasnya sampai kaki pegal, voucher minuman gratis yang bisa ditukar di salah satu restoran, menonton pertunjukkan tari, dan tiket masuk museum kesenian Bali.

Aktivitas pertama di GWK adalah menonton pertunjukkan tari topeng di amphitheater. Mungkin daripada duduk-duduk saja, penonton juga diajak bermain angklung bersama. Aku dan my sis adalah dua penonton dari sejumlah penonton lainnya yang beruntung menjadi pemain angklung. Tugasnya sederhana: menggoyang-goyangkan angklung sesuai arahan si penari utama (yang memakai topeng). Lumayan menyenangkan dan interaktif.

Aktivitas kedua adalah berkeliling kawasan GWK. Bertemu dulu dengan patung setengah badan Dewa Wisnu, terus jalan menanjak sedikit bertemu patung kepala Garuda. Ternyata patung utama (yang menampilkan Dewa Wisnu mengendarai burung Garuda) berada di lokasi teratas alias masih harus jalan menanjak lagi untuk sampai di sana.

Memang pada dasarnya kaum jompo, perjalanan berakhir di area luas yang dikelilingi dinding batu. Menikmati pemandangan bagus sebentar, terus turun kembali ke area dekat amphitheater. Di sana ada beberapa tempat makan, toko cinderamata, dan museum kesenian Bali.

Seorang wanita (alias aku) berpose mengacungkan jempol kiri dengan patung tertinggi GWK sebagai pemandangan di latar belakang
Salam jempol.

Aktivitas ketiga dan terakhir adalah mengunjungi museum sambil mendinginkan tubuh. Ada barang-barang antik dan kesenian khas Bali yang bisa dilihat. Tapi alih-alih ditempatkan di dalam kotak kaca dengan label penanda dan teks penjelasan seperti museum pada umumnya, barang-barang itu ditempatkan sebagai properti di dalam set khusus untuk sesi pemotretan—lengkap dengan lampu fotografi dan referensi gaya foto.

Seorang wanita (alias aku) berpose sedang membaca buku sambil minum teh
Pura-pura membaca sambil minum teh di museum.

Kembali ke tempat parkir dengan naik shuttle bus lagi. Perjalanan berlanjut ke hotel di Nusa Dua untuk check in dan bertemu kasur. Sambil menunggu petang, melewatkan sisa hari dengan bersantai di pantai belakang hotel. Astaga, rebahan di kursi pantai ternyata amat sangat menyenangkan.

Angin sepoi-sepoi, deburan ombak, mungkin ditemani satu buku bagus. Sayangnya aku tidak sedang membawa buku, jadi aku main hape saja—memanfaatkan fasilitas WiFi, dong. Tidak pakai acara main air karena selain kaum rebahan, aku adalah bagian dari kaum tidak bisa berenang.

Mall Beachwalk di Kuta menjadi pilihan lokasi makan malam. Dan perjalanan ke sana terhambat oleh kemacetan (mungkin karena bertepatan dengan malam Minggu). Tidak sempat berkeliling mall karena keburu tutup, tapi tak apa yang penting perut sudah kenyang. Lagipula aku hanya ingin segera bertemu kasur lagi.

🪷 Hari 2 - Minggu 🪷

Destinasi selanjutnya adalah Bali Safari & Marine Park. Tempatnya agak jauh dari pusat kota. Sempat merasakan melintas di atas jalan tol Bali. Tidak terlalu panjang, tapi pemandangannya bagus. Bisa melihat laut, kapal-kapal yang sedang berlabuh, dan patung GWK menjulang di kejauhan.

Oh, dan tersedia jalur khusus motor! Baru kali ini kutemui motor boleh melintas di jalan tol. Sepertinya menyenangkan momotoran sore-sore sambil melihat laut dengan angin sepoi-sepoi.

Harga tiket Bali Safari adalah 175k per orang dewasa. Termasuk melihat pertunjukkan satwa dan tur safari. Lain halnya dengan Taman Safari Bogor, alih-alih naik mobil pribadi, wisatawan di Bali Safari naik shuttle bus untuk berkeliling melihat para satwa.

Ada tour guide-nya pula yang dengan ceria menyampaikan sedikit trivia tentang para satwa dalam bahasa Inggris dan Indonesia, kadang diselipkan humor receh yang terdengar jauh lebih lucu (dan cocok) dalam bahasa Indonesia.

Karena ikut tur safari, aku jadi tahu work ethic-nya hyena dalam mencari makan ternyata bisa menjadi inspirasi. Menurut humor si kakak tour guide, hyena adalah definisi "work smarter, not work harder" alias biarkan saja para singa yang capek-capek berburu. Tugas hyena hanyalah tinggal makan daging hasil buruan saja. Benar juga, sih. Untuk apa diri sendiri yang melakukan kalau orang lain bisa yegak? 💁🏻‍♀️

Setelah tur selesai, lanjut menonton pertunjukkan satwa. Ada drama ala Broadway/West End gajah Asia (sumpah, mereka beneran pintar berakting sampai pantas mendapatkan rumput yang banyak!), dan ajang pamer bakat aneka satwa mulai dari yang bersayap, berkaki empat, sampai melata.

Sungguh menghibur menyaksikan seekor gajah yang berakting mati setelah pura-pura ditembak, sekelompok burung yang melompat dari satu pergelangan tangan ke pergelangan tangan lain, sepasang orang utan yang tahu cara mengupas kelapa tanpa alat, dan sekelompok kucing yang berlari beriringan ke satu arah.

Karena melihat interaksi antara pawang dan satwa—si pawang dengan isyarat tertentu mengarahkan si satwa beraksi, dan si satwa yang mendapat treat setelah berhasil menghibur penonton—aku jadi ingin tahu lebih banyak tentang day-to-day job mereka. Semoga para pawang mendapat gaji dan tunjangan yang layak. Semoga para satwa selalu mendapat perawatan terbaik alias makan enak dan tempat istirahat yang nyaman.

Di Bali Safari juga ada beberapa satwa dengan kategori human-friendly dan bisa diajak foto bersama. Salah seekornya adalah binturong! Mereka turut hadir di ajang pamer bakat menampilkan keahlian menjadi satwa paling mager. Hanya berdiam di atas palang, pasang muka lucu, dan dapat suapan treat sebagai imbalan. Sungguh pekerjaan impian (bagi satwa lain).

Seekor binturong di Bali Safari sedang bersantai di atas palang
Santai dulu sebelum tampil.

Setelah puas berkeliling di Bali Safari, kegiatan selanjutnya adalah beli oleh-oleh. Di mana lagi tempatnya kalau bukan di ✨Krisna✨. Sempat berkunjung pula sebentar ke The Keranjang agar tidak penasaran. Sama-sama tempat khusus beli oleh-oleh, sih. Tapi, pilihan di Krisna lebih beragam dan murah (terutama makanan). Dan The Keranjang punya banyak koleksi kaos bertema Bali dengan desain keren.

(TL;DR belanja ke Krisna untuk makanan, belanja ke The Keranjang untuk kaos).

🪷 Hari 3 - Senin 🪷

Karena jadwal pesawat dimajukan lebih pagi, jadi sudah mandi dan bersiap sarapan jam 06:00. Jalan-jalan pagi sebentar di sekitar hotel sambil menunggu restoran buka (jam 06:30). Ketika sedang menikmati udara segar, cahaya matahari baru terbit, dan gemericik air, tiba-tiba bertemu sekelompok bebek yang berjalan beriringan menuju kolam untuk berenang-renang dengan riang.

Kurasa bangun pagi setiap hari tidak akan terasa mengesalkan amat kalau pemandangan pertama yang dilihat adalah ini. Tambah lagi, deh, daftar hewan (versiku) paling beruntung di dunia setelah kucing rumah dan anjing pantai: bebek hotel 🦆.

Delapan ekor bebek sedang berenang di kolam
Rutinitas setiap pagi sebagai bebek hotel.

Beberapa jam kemudian kembali sampai di kabupaten tercinta dengan keadaan jiwa yang belum pulih, oleh-oleh kacang disko, dan foto-foto siap edit.

Semoga kapan-kapan bisa kembali ke Bali (kali ini ke Nusa Penida)! 🤞

No comments

Terima kasih atas komentarnya, Kawan. Maaf dimoderasi dulu (ᵔᴥᵔ)