Powered by Blogger.

Jalan-jalan Senang/Sebentar: Puro Mangkunegaran Solo

Bagian depan pendopo Pura Mangkunegara Solo. Terdapat kolam dengan patung emas di bagian tengah dan banyak daun teratai di permukaan air.

Agenda di Solo kali ini selain berkunjung ke rumah mBah uti (seperti biasa) adalah ke Puro Mangkunegaran. Sudah hampir tiga dekade pulang-pergi Solo, tapi baru dapat kesempatan untuk (akhirnya) melihat-lihat rupa salah satu royal palace selain Kraton.

Sebelum ke Puro Mangkunegaran, mengisi perut dulu alias sarapan—atau bisa juga dibilang brunch karena datang jam 10:00—di Soto Triwindu. Letaknya ada di dalam gang pasar Triwindu.

Walaupun kata Ma Soto Triwindu adalah salah satu warung soto legendaris di Solo dan pernah dikunjungi presiden yang saat ini menjabat, lidahku berkata rasanya biasa saja. Sama seperti soto lain yang sudah kucoba di seantero kota Solo.

Yah, mungkin karena aku bukan penikmat soto sejati. Pokoknya sih kalau kebetulan lagi makan soto selalu tersedia dua kerupuk bulat dua dan tempe mendoan sebagai pendamping 💁🏻‍♀️.

Setelah perut cukup kenyang, melihat-lihat sejenak barang-barang antik yang dijual di Pasar Triwindu. Sekalian numpang lewat menuju Puro Mangkunegaran. Ada pajangan keramik, piring hias, patung, lampu, pigura, peralatan makan-minum, pengetuk pintu, telepon, mainan kuda-kudaan besi yang sudah berkarat, furniture, dst dsb dll.

Bahkan aku mendapati beberapa barang peninggalan perang: helm dan tempat minum prajurit! Ada juga semacam koper atau storage chest dengan motif Louis Vuitton (aku tidak tahu apakah ini asli atau tidak, sih 💁🏻‍♀️).

Kalau aku hidup di dunia yang sama seperti serial Lockwood and Co. dan punya kemampuan "mendengar" seperti Lucy Carlyle, Pasar Triwindu adalah tempat paling berisik yang pernah ada (dalam cakupan kota Solo). Mungkin juga tempat paling berhantu karena ada banyak sumber yang harus disegel rapat alias kerja lembur buat para agen pemburu hantu.

Puro Mangkunegaran ternyata terletak persis di seberang Pasar Triwindu. Cukup lima menit berjalan kaki. Harga tiket masuk-nya 20K per orang (kami berkunjung di hari Jumat). Setiap rombongan pengunjung harus ditemani seorang pemandu karena ada beberapa tempat yang tidak boleh dimasuki dan tidak boleh difoto.

Well, kurasa bagus juga kalau setiap tempat wisata menyediakan pemandu. Jalan-jalan sekaligus belajar hal-hal baru ya engga sih (🚨 nerd alert 🚨).

Seorang wanita alias aku berfoto di depan pintu gerbang Pura Mangkunegaran
Pintu gerbang Puro Mangkunegaran.

Pemandu-nya lumayan helpful dan informatif. Walaupun penjelasannya terdengar seperti diambil langsung dari artikel-artikel sejarah populer di internet. Sekarang aku jadi agak mengenal keluarga kerajaan dan sejarah di balik koleksi benda yang dipajang.

Aku mempelajari empat fakta menarik nan mencengangkan.

🌼 Fakta Pertama 🌼

Mangkunegara alias raja yang bertakhta saat ini masih berusia muda—hanya selisih beberapa tahun dariku. Potret diri-nya dipajang di pintu masuk, dekat loket pembelian tiket.

Astaga, di usia-nya saat ini seharusnya sedang tekun berkutat dengan pilihan karir setelah lulus kuliah antara terjun bebas ke digital marketing atau ikut bootcamp data science/analyst alih-alih menjadi Mangkunegara X 😭🖐️.

Yah, namanya juga mangku negara. Berat sekali.

🌼 Fakta Kedua 🌼

Di salah satu pajangan koleksi peralatan makan ada sendok-sendok logam yang dulunya khusus digunakan untuk mengetes kandungan racun pada makanan. Tidak ada juru khusus yang ditugaskan mencicipi sesendok sebelum dihidangkan (huh syukurlah).

Sendok-sendok tersebut cukup dicelupkan ke dalam makanan. Jika warna sendok berubah hitam, maka ada racun di dalamnya. Sungguh keren sekaligus mengerikan. Kukira ini hanya ada di cerita fiksi.

🌼 Fakta Ketiga 🌼

Pendiri Mangkunegaran alias Mangkunegara I punya julukan Pangeran Sambernyawa.

Samber. Nyawa.

Bayangkan kau menyandang julukan segarang dan se-intimidatif itu di muka bumi! Tidak ada satu makhluk hidup pun yang berani membuat perkara denganmu kalau tidak ingin nyawa-nya kau sambar. Absolute king sh*t.

Di pendopo Puro Mangkunegara ada empat patung singa emas yang sedang duduk (mirip para kucing di rumah). Yah, betul juga sih kalau aku adalah seseorang yang selalu menguarkan kematian di seantero negeri, kurasa aku pun akan memilih hewan paling ganas sebagai maskot kerajaan.

Menurut si pemandu, singa dipilih karena Mangkunegara I hobi berburu. Beberapa hasil buruannya adalah taksidermi harimau dan macan tutul dipajang di ruang singgasana. Agak menakutkan juga mendapati mereka berada di sana.

🌼 Fakta Keempat 🌼

Mangkunegara VII punya putri tunggal yang rupawan tiada tara dan punya berbagai keahlian sampai-sampai ditaksir oleh Sutan Sjahrir, Sukarno, dan Sultan Hamengkubuwono IX. Namanya Gusti Nurul. Tapi, dia menolak semua lamaran mereka karena tidak mau dipoligami dan tidak ingin berurusan dengan politik.

Whoa, she really got Brain, Beauty, and Behaviour ya engga sih.

Tapi, pada akhirnya Sukarno berhasil membangun koneksi dengan kerajaan Solo. Anaknya, Sukmawati—yang berarti adik Megawati Sukarnoputri (iya, Bu Mega yang itu)—menikah dengan Mangkunegara IX. Mereka berdua punya anak yang langsung membuatku salfok ketika melihat fotonya (suwer dah he really serves the look 👀).

Oke, sekian empat fakta mengenai Puro Mangkunegaran.

Beralih dari sejarah anggota keluarga, di Puro Mangkunegaran ada pendopo luas dengan kandelir-kandelir cantik. Sayangnya, karena sedang dipakai untuk acara, pengunjung tidak diperkenankan masuk ke area pendopo. Jadi, kami cukup berfoto dengan para singa, deh.

Seorang wanita alias aku berfoto di depan sebuah patung singa emas. Si singa emas sedang duduk selonjor. Wajahnya menghadap ke arah kiri.
Aslan emas.

Selain pendopo utama, ada ruang makan dan ruang kumpul keluarga. Ruang makan berisi beberapa sofa dan meja panjang untuk menaruh hidangan. Langit-langit-nya berupa kaca. Kata si pemandu banyak pengunjung yang numpang swafoto di sana. Yah, walaupun harus mendongak dulu 💁🏻‍♀️.

Di salah satu meja ada pajangan gading gajah yang terukir cerita Ramayana. Detail-nya menakjubkan sampai aku respect dengan ketekunan tingkat tinggi si seniman.

Ruang kumpul keluarga berisi banyak kursi berlapis emas dan bantal merah. Di sisi kanan dan kiri dinding tergantung foto Mangkunegaran VIII dan IX. Pengunjung juga tidak boleh masuk ke area dalam, tapi boleh berfoto di luarnya. Pemandangan ruang kumpul keluarga mengarah ke air mancur di tengah taman.

Ruang kumpul keluarga dengan kursi-kursi berlapis emas dan bantal merah. Di sisi kanan dan kiri dinding tergantung foto Mangkunegaran VIII dan IX
Ruang kumpul keluarga.

Lagi-lagi aku menemukan patung singa di keempat sisi air mancur. Untunglah cuaca sedang cerah. Jadi, bisa berjalan-jalan dengan ceria di area sekitar taman dan selasar sambil berfoto.

Air mancur di depan ruang kumpul keluarga. Ada empat patung singa di keempat sisi.
Air mancur dengan empat singa putih.

Sepulangnya dari sana, karena masih penasaran aku langsung menelusuri situs resmi Puro Mangkunegaran, artikel-artikel populer yang muncul di daftar teratas Google, sampai akun Instagram. Semakin ditilik, semakin menarik.

No comments

Terima kasih atas komentarnya, Kawan. Maaf dimoderasi dulu (ᵔᴥᵔ)