Powered by Blogger.

September Reads

Reading scene from The Spiderwick Chronicles
Scene from The Spiderwick Chronicles (2008) | Google Play

Buku-buku di Monthly Read kali ini tidak banyak. Mungkin karena aku sedang mengalami reading slump, atau sedang asyik menekuni hobi lain (apa??? Punya hobi lain??? In this economy???), atau sedang berada dalam misi menyelesaikan daftar tontonan Netflix (yang tidak akan pernah habis), oleh karena itu perhatian dan energiku menjadi teralihkan?

Anyway, without further ado, this is September Reads!

Baca juga August Reads dan postingan Monthly Reads lainnya, ya.

📚 Daftar Bacaan 📚
1. Desire - Haruki Murakami
2. The Gates (Gerbang Neraka) - John Connolly

1. Desire

Haruki Murakami

Foto sampul buku Desire

Berisi lima cerita pendek yang disadur dari buku-buku Murakami yang sudah terbit.

1. The Second Bakery Attack

Sepasang suami-istri tiba-tiba merasakan kelaparan yang amat sangat di tengah malam. Karena tidak ada apapun di kulkas yang bisa dimakan, mereka memutuskan untuk merampok sebuah toko roti. Tapi, setelah menyetir lama di jalanan Tokyo yang sepi, mereka hanya menemukan McD sebagai satu-satunya tempat yang masih buka.

2. On Seeing the 100% Perfect Girl One Beautiful April Morning

Seorang laki-laki melihat seorang gadis—yang menurutnya sempurna 100%—saat sedang berjalan-jalan di Harajuku. Si laki-laki langsung memikirkan cara agar bisa berbicara dengannya, dan berimajinasi bahwa mereka pernah bertemu di suatu waktu.

3. Birthday Girl

Seorang gadis yang bekerja sebagai pelayan di suatu restoran Italia baru saja berulang tahun yang ke-20. Di hari ulang tahunnya, si manajer restoran yang biasa mengantar makanan untuk si pemilik restoran tiba-tiba sakit, dan si gadis ditugaskan untuk menggantikannya. Setelah mengantar makanan dan mengobrol sedikit, si pemilik restoran menawarkan si gadis satu permintaan yang akan dikabulkannya sebagai hadiah ulang tahun.

4. Samsa in Love

Versi lain dari The Metamorphosis (Franz Kafka) dengan Gregor Samsa yang sama-sama terbangun di suatu pagi dan mendapati dirinya telah berubah menjadi seekor serangga. Seorang perempuan bungkuk kemudian berkunjung ke rumahnya untuk memperbaiki kunci pintu yang rusak. Setelah melewatkan waktu bersama si perempuan—menontonnya bekerja sambil mengobrol basa-basi, Samsa perlahan-lahan menyadari bahwa dia telah jatuh cinta.

5. A Folkfore for My Generation: A Prehistory of Late-Stage Capitalism

Esai Murakami yang membahas tentang pengalaman cinta salah seorang teman SMA-nya.

Ini adalah buku kedua Murakami yang berhasil kutamatkan (setelah Colorless Tsukuru Tazaki and His Years of Pilgrimage). Aku lumayan menikmatinya meskipun tidak menyukai semua cerita. Favoritku: The Second Bakery Attack, Birthday Girl, dan Samsa in Love.

Kutipan dari Samsa in Love:

Everything is blowing up around us, but there are still those who care about a broken lock, and others who are dutiful enough to try to fix it... But maybe that's the way it should be. Maybe working on the little things as dutifully and honestly as we can is how we stay sane when the world is falling apart.

2. The Gates (Gerbang Neraka)

John Connolly


Foto sampul buku The Gates

Buku Connolly yang pertama kubaca adalah The Book of Lost Things dan AKU SUKA SEKALI. Oleh karena itu, ketika menemukan buku ini di exhibition Gramedia dengan harga diskon, aku langsung membelinya karena ingin membaca buku-bukunya yang lain, selain tidak ingin melewatkan kesempatan diskon, tentu saja. The Gates adalah buku pertama dari trilogi Samuel Johnson.

Samuel Johnson—si protagonis—adalah seorang anak laki-laki biasa yang memelihara seekor anjing dachshund, senang bertanya-tanya tentang segala hal, dan merayakan Halloween lebih awal. Tetangganya, pasangan Abernathy, yang saat itu sedang sibuk melakukan satu ritual di basement, merasa terganggu dengan kunjungan Samuel untuk ber-trick-or-treat. Samuel yang kepo kemudian mengintip dari jendela dan mendapati bahwa ternyata mereka telah berhasil membuka gerbang neraka. Dibantu oleh Nurd (si setan neraka yang moralitasnya lebih baik daripada setan-setan lain), ibunya, teman-teman sekolahnya, dan seorang ilmuwan, Samuel berusaha menutup kembali gerbang tersebut untuk mencegah terjadinya akhir dunia.

Kalau The Book of Lost Things ditujukan untuk dewasa, The Gates ditujukan untuk young adult. Vibe-nya mengingatkanku akan Good Omens (Neil Gaiman dan Terry Pratchett)—yang pernah kuulas di sini—karena sama-sama memiliki tokoh setan yang kukira jahat (yah, namanya juga setan), tapi ternyata dia menjadi salah satu tokoh yang turut berperan menyelamatkan dunia. Aku masih terbawa suasana The Book of Lost Things yang bernuansa kelam, jadi aku agak kaget ketika membaca ini. Tapi, aku juga kagum dengan Connolly karena bisa membawakan suasana berbeda (yang lebih ringan dan lucu) di The Gates.

Well yeah, secara keseluruhan (sebenarnya) aku lebih menikmati pengalaman membaca The Book of Lost Things, tapi bukan berarti The Gates tidak cukup seru. Walaupun ada beberapa penjelasan tentang konsep fisika—kayak terbukanya gerbang neraka yang dikaitkan dengan lolosnya energi dari satu alat bernama Large Hadron Collider dan solusi menutup gerbang yang dikaitkan dengan keseimbangan gaya—dan aku masih tidak begitu mengerti, ngomong-ngomong, buku ini tetap menyenangkan untuk dibaca karena yah, pada dasarnya aku selalu suka membaca buku-buku fantasi.

No comments

Terima kasih atas komentarnya, Kawan. Maaf dimoderasi dulu (ᵔᴥᵔ)