Powered by Blogger.

October Reads

Reading scene from Matilda
Scene from Matilda (1996) | Bookstr

Pengunjung blog ini semakin lama semakin sedikit dibandingkan tahun 2009-2011 ketika orang-orang masih tekun ngeblog dan orang-orang dengan ramah ingin saling tukar link blog. Siapa coba yang masih membaca blog ketika media-media online dengan mudahnya menerbitkan artikel-artikel dengan redundasi kata yang bisa dibaca 2 menit saja, dan banyaknya thread sensasional di Twitter atau artikel yang dibumbui banyak pesan moral di timeline LINE? Tapi, orang-orang yang tetap menerbitkan tulisan di blognya bahkan setelah berbagai macam media online muncul adalah orang-orang berdedikasi tinggi dan layak diapresiasi--jadi, kalau ada temanmu yang berbagi link tulisan blog terbaru di sosial medianya, dibaca, ya!!!

Karena waktu luangku banyak dan orang-orang tidak puas di luar sana (dan internet) yang selalu bertanya, "Kamu sudah menghasilkan apa saja???", aku ingin mencoba produktif di tengah-tengah sistem ekonomi ini--yah, kalau bisa disebut produktif--dengan mulai menulis di blog lagi. Di awal bulan Oktober, aku sudah menulis tentang pengalaman menggunakan layanan streaming film Catchplay dan Google Play Movies di sini. Di postingan kali ini (dan akhir bulan), aku ingin mengulas tentang buku-buku yang selesai kubaca di bulan Oktober.

Meskipun judulnya October Reads, tapi tidak ada buku Stephen King atau penulis-penulis horror/thriller lain di sini (iya, maaf). Semoga buku-buku berikut masuk ke daftar bacaanmu berikutnya, tapi kalau sudah pernah baca, yah, tidak ada salahnya untuk membaca ulang, kok.

Baca juga postingan Monthly Reads lainnya, ya.

📚 Daftar Bacaan 📚
1. Lethal White (Kuda Putih) - Robert Galbraith
2. Good Omens: The Nice and Accurate Prophecies of Agnes Nutter, Witch - Terry Pratchett dan Neil Gaiman
3. Little Women - Louisa May Alcott
4. Bahasa dan Budaya Jepang untuk Pemula Edisi Travelling - Gengoya

1. Lethal White (Kuda Putih)

Robert Galbraith


Foto sampul buku Lethal White (Kuda Putih)

Buku ini memang bisa dibilang tebal banget untuk ukuran novel detektif, tapi karena Robert Galbraith adalah nama samaran JK Rowling, jadi buku ini page-turning juga. Dibandingkan novel-novel Cormoran Strike sebelumnya—yang salah satunya pernah kubahas di postingan ini, Lethal White lebih membahas perasaan, pandangan, dan kehidupan pribadi Strike dan Robin. Aku sampai merasa siapa saja yang berkontribusi untuk menulis deskripsi karakter Strike dan Robin di fan page macam fandom.com atau halaman Wikipedia, bisa langsung saja menyalin mentah-mentah dari buku ini—karena serinci itu aku sampai pusing menyerap informasinya.

2. Good Omens: The Nice and Accurate Prophecies of Agnes Nutter, Witch

Terry Pratchett dan Neil Gaiman


Foto sampul buku Good Omens: The Nice and Accurate Prophecies of Agnes Nutter, Witch

Good Omens adalah kisah tentang Crowley, si setan yang hobi mengendarai Bentley ke mana saja sambil mendengarkan Queen, dan Aziraphale, si malaikat yang punya toko buku khusus menjual buku-buku antik dan langka. Setelah mendengar berita kiamat dari representatif masing-masing—yaitu surga dan neraka, tentu saja—mereka memutuskan untuk menghentikan kiamat bagaimanapun caranya—karena mereka sudah terlalu terbiasa dan nyaman dengan kehidupan di dunia—alias mereka nggak tahu apa, ya, bahwa sesungguhnya kehidupan di dunia hanyalah permainan dan senda gurau??? Di samping itu, ada sebuah buku ramalan kiamat dari seorang penyihir abad 17 bernama Agnes Nutter (yang salinan terakhir dan satu-satunya dipegang oleh cucunya, Anathema Device), dan Adam, seorang anak laki-laki berumur 10 tahun yang ditakdirkan untuk memulai kiamat bersama dengan The Four Horsemen of the Apocalypse (yang mengendarai moge alih-alih menunggang kuda).

Bahkan sebelum serial televisinya tayang, aku sudah naksir buku ini dari lama. Karena sudah tidak ada lagi terjemahan bahasa Indonesia-nya di toko buku, akhirnya aku membeli edisi bahasa Inggris-nya di Periplus—dulu pernah ada di book sale di Kinokuniya Lotte Mart, tapi sayangnya aku kehabisan 💁. Meskipun ini karya kolaborasi, tapi masih seru, lucu, dan page-turning—alias premis tentang setan dan malaikat yang bekerja sama untuk menghentikan kiamat kurang nyeleneh apa coba???

3. Little Women

Louisa May Alcott


Foto sampul buku Little Women

Setelah trailer film Little Women yang disutradarai Greta Gerwig dan dibintangi artis-artis ibukota muncul, aku masih belum pernah membaca buku ini (seumur hidupku 💁). Entahlah, mungkin itu karena terjemahan bahasa Indonesia-nya sudah tidak bisa ditemukan di toko buku atau karena perhatianku yang mudah teralih ke judul-judul buku lain. Kemudian, suatu hari aku iseng lihat-lihat ke Gramedia dan kutemukan Little Women tinggal sisa satu eksemplar saja seolah-olah memang ditakdirkan untuk kubeli???

Ya sudah, mumpung masih ada waktu untuk membacanya sebelum film-nya rilis Desember nanti, akhirnya aku memutuskan untuk membelinya—dan setelah membacanya, aku jadi menyesal untuk tidak membacanya dari dulu. Mungkin, kalau aku membacanya saat aku SD atau SMP, aku akan lebih related dengan Jo alias sama-sama suka menulis dan tidak suka hal-hal cewek. Tapi, ternyata setelah menamatkannya, aku merasa lebih relate dengan Beth???

Meskipun latar belakangnya setelah Perang Sipil Amerika Serikat, Little Women tetap saja timeless—sekian tahun selanjutnya, kisah keluarga March akan tetap menghangatkan hati. Banyak hal yang kusuka:

1. Flirting antara Laurie (si cokiber kakak-beradik March) dan Amy.

2. Laurie, yang ✨S P O I L E R✨ setelah ditolak cintanya, tetap berteman dengan Jo dan akan selalu saling menjaga—ini menunjukkan bahwa laki-laki dan perempuan bisa tetap berteman (mari bersulang untuk itu 🥂).

3. Beth yang tiba-tiba mendapat piano dari Pak Laurence (ya ampun, aku beneran nangis di bagian ini!).

4. Marmee dengan pesan-pesan moralnya yang selalu ampuh.

5. Hijrah-nya Amy ketika dikirim ke Bibi March.

6. Surat-surat yang dikirimkan kepada satu sama lain ketika sedang pergi atau tidak bersama.

7. Laurie yang selalu sedia membantu, dan terkadang eyel-eyelan dengan Jo dan Amy.

8. Meg yang selalu dikira sedang flirting dengan Laurie padahal nggak.

9. Dan satu hal yang membuatku heran dan geli adalah kenapa jodoh di tahun segitu tuh gampang amat, ya, alias ga usah jauh-jauh dicari alias dapetnya sebelah rumah juga???

4. Bahasa dan Budaya Jepang untuk Pemula Edisi Travelling

Gengoya


Foto sampul buku Bahasa dan Budaya Jepang untuk Pemula Edisi Travelling

Selama beberapa bulan ini aku sedang belajar bahasa Jepang dan suatu hari aku melihat iklan buku ini di halaman awal Instagram (tahu, kan, misalnya kau sedang asyik scrolling sambil memikirkan, "Hmm ingin beli tas baru, deh" terus seolah Instagram bisa membaca pikiranmu tiba-tiba ada iklan tas lucu?). Hal yang menarik perhatianku pertama kali adalah ilustrasi-ilustrasinya yang sederhana, tapi lucu. Buku ini bukanlah buku pelajaran, tapi seperti panduan atau introduction bagi siapa saja yang akan (atau bermimpi seperti aku) ke Jepang.

Ada tata cara pesan makanan di restoran, hal yang tidak boleh dilakukan ketika menggunakan sumpit, ungkapan-ungkapan berguna yang sering digunakan, kosakata untuk musim, hewan, makanan, pengenalan hiragana dan katakana, bahkan ada juga cara menggunakan toilet, yang dilengkapi dengan ilustrasi-ilustrasi lucu dan menarik. Di halaman awal disebutkan bahwa buku ini juga bisa digunakan sebagai "buku tunjuk jari" alias kalau tidak tahu cara berkomunikasi dengan orang yang berbahasa Jepang bisa menunjuk kata atau ilustrasi yang dimaksud.

No comments

Terima kasih atas komentarnya, Kawan. Maaf dimoderasi dulu (ᵔᴥᵔ)