Agenda kunjungan ke ibukota kali ini ada kaitannya dengan K-Pop.
Bukan menonton konser, tapi bertemu Mingyu Seventeen… dalam bentuk billboard.
Konteks: Mingyu saat ini sedang menjabat sebagai brand ambassador Innisfree dan semua orang bisa melihat wajahnya melalui iklan billboard di stasiun MRT Bundaran HI.
Sebenarnya, rencana perjalanan dinas (atau spiritual?) ini sepenuhnya dicetuskan oleh ma petite sœur. Terima kasih kepada masifnya perputaran informasi di internet, ternyata iklan billboard pun bisa menjadi destinasi pariwisata. Spot foto simbol love apaan?
Karena sedang tidak ingin bersusah payah mengarungi kereta lokal dan KRL, travel (alias shuttle bus) menjadi pilihan moda transportasi ke ibukota. Perbedaan: harga tiketnya lebih mahal, tapi bagian bagusnya adalah bisa tidur sepanjang perjalanan—tahu-tahu sudah sampai gitu, deh. Persamaan: ibukota tetap terasa amat sangat jauh walau sudah naik travel sekalipun.
Setelah turun di tujuan akhir—mal WTC Mangga Dua—lanjut naik bus Transjakarta relasi Tanjung Priok - Blok M dari halte Pademangan. Layaknya seorang turis, aku terpukau dengan pemandangan sepanjang jalan. Rute Jakarta Utara - Jakarta Pusat melewati beberapa tempat ikonik yang selama ini hanya kuketahui lewat internet. Kayak Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral!
Whoa, aku tidak menyangka di Indonesia ada bangunan dengan arsitektur seperti Gereja Katedral. Berasa di Eropa (entahlah, aku belum pernah ke Eropa). Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral ternyata letaknya saling berhadapan. Sama-sama ramai dikunjungi.
Bus memutari jalan layang Semanggi (dan lagi-lagi aku terpukau karena pemerintah zaman dahulu mau bersusah payah merancang dan membangun jalan berbentuk daun semanggi alias what an effort), sebelum memasuki area gedung-gedung pencakar langit, melewati Polda Metro Jaya dan Gedung Bursa Efek Indonesia (oh, di sini toh tempatnya), kemudian berhenti di halte GBK.
Perjalanan dilanjut dengan jalan kaki menyeberangi JPO (Jembatan Penyeberangan Orang) yang sering menjadi spot foto karena arsitektur-nya. Melewati Hutan Kota by Plataran yang pernah viral di Twitter (oh, di sini toh tempatnya). Dan memasuki stasiun MRT Istora Senayan yang adem dan wangi. Jarak tempuh dari halte GBK ke stasiun MRT Istora Senayan tidak jauh—cukup lima menit jalan kaki.
Setelah berada di dalam MRT, lagi-lagi mulai meromantisasi hidup sebagai seorang warga negara dunia pertama yang tinggal di walkable city. Walau sudah beberapa kali naik MRT, aku masih saja takjub mendapati transportasi publik yang adem, bersih, cepat, dan murah (hmm kapan yha kaya ginian ada di kabupaten).
Turun di stasiun Bundaran HI yang ramai dan wangi (aromanya sama di stasiun manapun).
Karena iklan Mingyu besar sekali—menempati kira-kira 30 meter panjang dinding—jadi ketika akan tap kartu keluar, kami langsung disambut oleh wajah beliau yang spotless. Saking spotless-nya, tahi lalat kecil di ujung hidung pun nyaris tak terlihat (aku baru ngeh setelah ditunjukkan la petite sœur yang memang seorang Carat sejati).
Mingyu~ |
Billboard menampilkan Mingyu memegang sebotol kecil serum vitamin C, sebagai promosi produk terbaru dari Innisfree. Kata la petite sœur, hasil foto-foto dengan Mingyu bisa ditukar secara gratis dengan sebotol kecil serum yang sama di outlet Innisfree. Dan kebetulan sekali salah satu outlet-nya ada di mal Grand Indonesia (yang menjadi destinasi selanjutnya yang akan dikunjungi). Sungguh strategi pemasaran yang bagus.
Jadi, bertolaklah kami menuju kawasan Bundaran HI—termasuk mal Plaza Indonesia dan Grand Indonesia yang letaknya saling berhadapan.
Oh, jadi ini toh yang namanya Hotel Indonesia |
Sekarang ada spot foto khusus turis berupa anjungan berkaca dengan pemandangan langsung mengarah ke Bundaran HI, Monumen Selamat Datang, dan Hotel Indonesia. Kalau ingin foto-foto di sini, cukup naik eskalator dari halte Plaza Indonesia. Harus tap kartu e-money dulu baru bisa masuk anjungan.
Anjungan pun ramai oleh turis yang antri berfoto. Karena pagar anjungan terbuat dari kaca, jadi mobil-mobil yang melintas di bawah terlihat seperti ikan-ikan di kolam. Bahkan aku sempat melihat bus khusus city sightseeing beratap terbuka seperti Hop-On Hop-Off di Madinah kebetulan sedang melintas (oh, ternyata di Indonesia ada juga toh).
Nah, sekarang foto-foto di Bundaran HI menahbiskan fakta bahwa si orang kabupaten ini pernah menginjakkan kaki di ibukota.
Sungguh salah satu hal yang patut dibanggakan |
Setelah Mingyu, target wakuncar selanjutnya adalah Vernon Seventeen—temannya Mingyu. Sama-sama menjadi model iklan pula, tapi brand luxury Kenzo.
Kebetulan sekali salah satu outlet-nya ada di mal Plaza Indonesia. Yah, walau belum mampu membeli produk karena bukan target pasarnya, cukuplah melipur lara bisa berfoto-foto secara gratis di depan etalase toko. Berlatar belakang poster Vernon sedang pose duduk seraya mengenakan produk Kenzo dari atas sampai bawah.
Vernon~ |
Setelah menunaikan tugas sebagai fangirl yang setia, lanjut berkeliling Plaza Indonesia.
Melihat-lihat etalase toko. Melewati satu demi satu brand luxury sambil merenung, “Orang-orang pada kerja apaan sih kok bisa beli ginian”.
Berhenti sejenak memandangi etalase toko mobil yang belum pernah sama sekali kutemui melenggang di jalan raya karena lebih pantas menjadi pajangan di dalam garasi bawah tanah seorang pejabat atau selebritis, dan ketika melihat nama tokonya langsung mengangguk paham sambil bergumam, “Ya pantas sih namanya saja Luxury Toys”.
Ketika sedang berputar-putar mencari pintu keluar, tiba-tiba bertemu satu sosok familiar di salah satu outlet. Eh, ternyata ada Jungkook BTS sedang menjadi model Calvin Klein! Langsung saja dong berfoto sekalian di depan posternya.
Jungkook~ |
Untunglah pintu keluar segera ketemu, jadi lanjut menyebrang ke mal Grand Indonesia untuk mencari makan siang.
Ternyata Plaza Indonesia dan Grand Indonesia adalah mal yang berbeda dari segi target market. Grand Indonesia lebih “merakyat”—setidaknya ada beberapa outlet yang familiar dan produknya lebih affordable. Dan lebih ramai dikunjungi, lebih luas (terbagi menjadi mal timur dan mal barat), dan punya food court (ini penting!).
Rencana menu makan siang adalah Halal Guys. Sudah lama penasaran dengan ini sejak pertama kali dengar pembukaan cabang di Indonesia. Well, awalnya kukira Halal Guys tuh semacam dating app atau perkumpulan laki-laki Muslim single ready to mingle gitu, eh ternyata nama restoran dari Amerika Serikat yang menjual makanan ala Timur Tengah.
Membeli menu Combo Platter ukuran Large seharga 76 ribu. Porsinya lumayan besar, bisa untuk makan berdua. Dan yang lebih penting, harganya jadi jauh lebih hemat. Belajar dari pengalaman beli makan di Arab Saudi kemarin gitu deh.
Pemadam kelaparan |
Satu piring berisi daging ayam dan sapi cincang, tomat, selada, nasi basmati, roti pita, dan saus ala Halal Guys. Rasanya? Well, kukira rempah-rempahnya akan sangat terasa layaknya makanan Timur Tengah (nasi biryani, nasi mandi dkk), tapi ternyata jauh lebih mendekati rasa khas restoran siap saji.
Mungkin karena resepnya sudah disesuaikan dengan selera warga Amerika Serikat, jadi rasa dagingnya terasa seperti burger McD.
Sepadan dengan harga? Yah, karena sudah mengeluarkan 76 ribu untuk sepiring makan siang, tentu saja sepadan, sih. Akan beli lagi? Mungkin. Lain kali nyoba menu sandwich-nya.
Setelah kenyang, lanjut berkunjung ke outlet Innisfree sekaligus berkeliling melihat-lihat Grand Indonesia.
Persyaratan mendapat serum gratis adalah cukup mendaftar menjadi member Innisfree melalui aplikasi dan mengunggah selfie bersama billboard Mingyu di sosial media. Lumayan sih membawa pulang buah tangan berupa serum dari ibukota, walau tadinya hanya numpang nyoba toner dan krim ini-itu, tidak membeli apapun (tetap memegang prinsip harga online lebih murah 💁🏻♀️).
Eh, rupanya ada toko buku Kinokuniya!
Letaknya agak tersembunyi di dalam supermarket. Koleksi bukunya lebih banyak yang berbahasa Jepang, tapi ada rak khusus buku-buku genre klasik bersampul seragam dengan pinggiran kertas warna emas. Ukurannya mungil pula, bisa dimasukkan ke dalam saku. Bagus dan menggemaskan (berasa ingin borong semua).
Ketika melihat harga, aku langsung menghibur diri bahwa buku-buku macam ini cukup dinikmati secara visual saja—selama beberapa menit sebelum perhatianku teralihkan ke hal lain.
Setelah numpang baca dan lihat-lihat, tidak ada lagi destinasi yang dituju. Jadi, memutuskan untuk pulang saja.
Dari Grand Indonesia, jalan kaki lagi menuju stasiun Bundaran HI, naik MRT, dan turun di stasiun Dukuh Atas BNI. Karena lagi-lagi sedang tidak ingin mengarungi keriuhan KRL dan KA lokal (tidak, terima kasih), jadi kami pulang naik travel dari stasiun Sudirman.
Kapan-kapan ke ibukota lagi 🤸🏻.
No comments
Terima kasih atas komentarnya, Kawan. Maaf dimoderasi dulu (ᵔᴥᵔ)