Powered by Blogger.

Petualangan Sherina dan obsesiku yang masih bertahan dua dekade kemudian

Foto film Petualangan Sherina

Boleh lah yes sekali-sekali membahas film daripada buku melulu ๐Ÿ’. Ya sudah, kalau begitu aku akan membahas salah satu film Indonesia terbaik sepanjang masa: ✨ Petualangan Sherina ✨. Postingan ini juga dibuat untuk menyambut film sekuel dan animasinya yang akan segera diproduksi. Wow, aku tidak bisa lebih senang lagi!

Kalau berdasarkan tahun rilisnya—yaitu 2000—sudah pasti aku pertama kali menonton film ini saat masih TK (yah, ketahuan umur, deh ๐Ÿ‘€) lewat VCD karena bioskop di kota saat itu payah sekali alias hampir tidak pernah menayangkan film-film yang baru rilis. Jadi, kalau ingin menonton film baru harus pergi ke kota sebelah. Aku tidak ingat—dan tidak pernah menghitung juga—sudah berapa kali aku menonton Petualangan Sherina. Satu hal yang kutahu, frekuensinya sering sekali. Setiap bepergian naik mobil musik yang diputar adalah soundtrack-nya dan aku akan sing-along. Setiap pagi sebelum berangkat sekolah, film ini yang akan diputar dan aku hanya bisa menonton sampai adegan pindah ke Bandung. Sepertinya, aku mulai berhenti menonton setelah mendapatkan objek perhatian baru karena yah, ternyata ada hal-hal lain di luar sana.

Sekarang, dua dekade kemudian, dengan Petualangan Sherina yang sudah remastered alias bisa ditonton dengan kualitas HD di berbagai layanan streaming, aku menyadari bahwa aku masih menyimpan obsesi menjadi Sherina.

Sherina adalah girl crush, personality, dan idola bagiku. Aku tidak yakin apakah aku ingin menjadi Sherina di Petualangan Sherina atau Sherina sebagai Sherina di Petualangan Sherina, yang pasti aku ingin menjadi Sherina. Aku sampai meminta izin Ma untuk punya rambut panjang (dulu harus potong rambut kalau sudah panjang macam anak laki-laki (yang terbawa sampai sekarang alias aku jadi lebih suka rambut pendek)), pakai plester walaupun tidak luka, membawa bekal permen warna-warni (yang baru diizinkan saat wisuda TK ๐Ÿ’), punya sepatu merah (yang dipakai Sherina setelah sekolah di Bandung), ransel dengan tali tambang (buat apaan coba kayak bisa manjat saja), lampu hias warna-warni (yang muncul beberapa kali terutama saat adegan nyanyi Lihatlah Lebih Dekat), daster dan kaus merah yang dipakai Sherina, sampai donat yang dimakan Sherina saat berkunjung di rumah Sadam. Bahkan kalau bisa aku juga ingin sekolah di tempat yang sama karena seragamnya unik dan bagus (daripada that boring putih-merah ๐Ÿ‘€).

Aku juga menyadari bahwa pengalaman menonton Petualangan Sherina dua dekade kemudian sangat berbeda. Dulu, hal yang menjadi fokus bagiku adalah lagu-lagunya dan Sherina sendiri. Tingkat pemahamanku terhadap plotnya juga sebatas Sadam-dan-Sherina-musuhan-kemudian-Sadam-diculik-kemudian-Sherina-menolongnya-kemudian-mereka-baikan. Setelah menontonnya lagi suatu malam di Vidio, ternyata ada hal-hal yang baru kusadari dan kupahami. Kayak:

1. Aku mengira dari sikap Sadam yang sok iye dan suka merundung, doi adalah anak tunggal yang sangat dimanja orang tuanya (maaf, aku termakan stereotip). Tapi, Sadam sebenarnya adalah anak bungsu dari empat bersaudara! Dan doi juga satu-satunya anak laki-laki.

2. Sadam sebenarnya adalah anak yang melankolis. Doi suka melihat bintang-bintang ketika sedang sedih dan akhirnya tahu nama-nama bintang alias "Canopus... Capella... Vega..." Aku jadi berpikir apakah itu sebabnya doi jadi perundung??? (Kenapa sedih, Sadam??? Apa yang terjadi??? Apakah kau kesepian??? ๐Ÿ˜ข) Dan itu membawaku ke pemahaman:

3. Tidak langsung menilai orang dari perbuatan/sikapnya. Ketika Sherina curhat ke ibunya tentang Sadam—sampai mengemukakan teori genetika dan kutukan—ibunya langsung menasihati untuk "melihat segalanya lebih dekat" alias lebih bijaksana dalam memandang sesuatu.

4. Pak Darmawan alias ayah Sherina akhirnya bisa bekerja sesuai bidang studinya (dan mewujudkan mimpinya). ✨ GOALS 

5. Ini sebenarnya sudah disebut di film, sih. Tapi, aku baru menyadarinya: Sherina punya nama tengah Melodi karena ibunya adalah penulis lagu.

6. Sadam diculik untuk nge-blackmail Pak Ardiwilaga! Setelah merusak tanaman, melepas ratusan tikus, dan dipepet Sus Natasya setiap saat tidak berhasil, akhirnya Kertarajasa menggunakan plot penculikan agar Pak Ardiwilaga mau menyerahkan perkebunannya. Astaga, ternyata film ini juga membahas konflik agraria??? (Sebentar, aku googling dulu tentang ini agar lebih paham lmao ๐Ÿ’). 

7. Salah seorang korban dari konflik tersebut adalah Upay, office boy-nya Kertarajasa (dan di adegan selanjutnya berperan jadi penari latarnya). Kasihan betul Upay dan seluruh warga dari desanya tidak punya tanah lagi ๐Ÿ˜ญ.

8. Para penjahat alias geng Pak Raden adalah penjahat-penjahat yang cultured alias menculik pakai Mercy dan menghiasi markas mereka dengan poster-poster Elvis Presley??? ✨ COOL 

9. "Belum lima menit" apakah benar-benar berasal dari sini???

10. Orang tua Sherina dan Sadam tidak tidur semalaman (ya tentu saja kan anak-anaknya diculik???) Dan di pengalaman nontonku kali ini, aku ikut merasakan kegelisahan dan kekhawatiran mereka.

11. Bank baru buka jam delapan.

12. Tadinya Sherina akan "dihabisi" oleh Mastur (hah seram juga ya ๐Ÿ˜ฑ), tapi karena beliau tidak tega akhirnya dibawa ke Pak Raden ("Malah datang berdua kayak pengantin").

13. Dialog antara Sherina dan Sadam di Bosscha:

"Pasti ada orang di dalam."
"Ngapain orang malam-malam di sini?"
"Masa neropong bintang siang-siang?"
"Kok sepi banget sih?"
"Neropong bintang nggak usah rame-rame, sendirian juga bisa."

14. Kertarajasa langsung ditangkap polisi begitu saja setelah mendapat surat penangkapan, di tengah-tengah konferensi pers pula. Kalau mengingat status beliau sebagai seorang konglomerat yang sudah pasti punya pengaruh dan privilege, tidak mungkin penangkapannya semudah itu???

15. Pemeran Pak Raden (Butet Kartaredjasa) dan Kertarajasa (Djaduk Ferianto) irl adalah kakak-adik. Dan nama Kertarajasa berasal dari nama belakang Butet.

16. Pemeran ayah Sherina (Mathias Muchus) irl adalah suami Mira Lesmana.

17. Petualangan Sherina dan Sadam sebenarnya hanya berlangsung selama tiga hari. Tapi, kenapa rasanya lama sekali, ya???

Karena di Netflix sekarang Petualangan Sherina sudah tersedia pula, aku bisa menontonnya dengan subtitle (aku kurang bisa paham kalau tidak ada subtitle, ngomong-ngomong). Dan ini adalah ungkapan-ungkapan yang kudapat (so thanks to subtitle).

"Seperti mencari jarum di atas bantal."
"Duitnya saja yang mau, kerja ogah!"
"Tali rafia tali sepatu, sesama mafia harus bersatu."
"Kamu selalu berpikir tapi selalu salah."

Video-video di balik layar sudah diunggah di YouTube Miles Films. Aku malah terharu saat menontonnya (astaga, nonton ginian aja nangis ๐Ÿ’). Ngomong-ngomong, berdasarkan apa kata Mira Lesmana, Petualangan Sherina dibuat karena belum pernah ada film musikal keluarga di Indonesia. Riri Riza juga bilang film ini ada nuansa feminisnya. YEAH, GIRL POWER ✊!

Walaupun dua dekade kemudian aku mempelajari bahwa adulting is hard (pindah rumah ternyata tidak ada apa-apanya dibandingkan permasalahan lain lmao ๐Ÿ’), dan "Betapa bahagianya punya banyak teman" hanyalah lirik lagu, dan sudah mengetahui mengapa bintang bersinar, air mengalir, dan dunia berputar, dan akhirnya menyadari bahwa probabilitasku menjadi Sherina kurang dari 1%, film ini menunjukkan bahwa aku pernah punya masa kecil yang menyenangkan.

Kalau sedang sedih Sadam akan melihat bintang, aku akan memutar film ini kembali.

No comments

Terima kasih atas komentarnya, Kawan. Maaf dimoderasi dulu (แต”แดฅแต”)