Powered by Blogger.

July Reads

Reading scene from Spider-Man 2
Scene from Spider-Man 2 (2004) | IMDb

Buku-buku di Monthly Reads kali ini kubaca di aplikasi Gramedia Digital (kecuali nomor empat). Karena promo bulan kemarin sudah berakhir (dan itu artinya aku tidak lagi punya akses ke katalog buku), aku memutuskan untuk membeli voucher paket langganan satu bulan di Shopee (voucher yang kubeli adalah Fiction Package seharga Rp45.000,00). Gramedia Digital ini benar-benar anugerah karena aku hanya perlu menganggarkan 45 ribu saja setiap bulan untuk hidup yang lebih chill dan menghemat ruang di rak buku (hanya butuh ruang penyimpanan hape). Memang, sih, tidak ada lagi aroma buku dan pusing karena terlalu lama menatap layar (setidaknya ada fitur filter cahaya biru), tapi aku akan melakukan apa saja untuk berhemat 🙆.

So yea, without further ado, this is July Reads!

Baca juga June Reads dan postingan Monthly Reads lainnya, ya.

📚 Daftar Bacaan 📚
1. Circe - Madeline Miller
2. Totto-chan: Gadis Cilik di Jendela - Tetsuko Kuroyanagi
3. Rainbirds - Clarissa Goenawan
4. Here Lies Daniel Tate - Cristin Terrill

1. Circe

Madeline Miller


Foto sampul buku Circe

Trigger warning: rape, sexual harassment

Satu-satunya novel terinspirasi mitologi Yunani yang pernah kubaca adalah serial Percy Jackson. Ada buku lain kayak Iliad dan Odyssey (Homer)—pelopor kisah dewa-dewi Yunani—tapi, kapasitas otakku tidak begitu mumpuni untuk mengerti karya-karya klasik itu (💁). Yah, aku menyadari bahwa ternyata aku lebih menyukai yang ringan dan menyenangkan seperti Percy Jackson, dengan tetap tidak menghilangkan esensi penting dari kisah-kisah epik dewa-dewi Yunani. Karena sudah ada versi terjemahannya (dan tersedia pula di Gramedia Digital), aku memutuskan untuk membaca Circe—kisah tentang seorang dewi Titan bernama sama yang punya kemampuan sihir. 

Circe lahir dari Perse (seorang nymph alias dewi berpangkat rendah) dan Helios (dewa matahari). Sejak kecil, dia sering diejek karena tidak cantik seperti ibunya dan tidak powerful seperti ayahnya. Kedua orang tuanya pun menganggapnya anak yang mengecewakan dan cenderung menyepelekannya. Tapi, ternyata Circe diam-diam punya kemampuan sihir yang hebat—kayak bisa mengubah Glaucos (kekasihnya yang manusia) menjadi dewa dan seorang gadis yang merebut Glaucos menjadi monster berkepala enam. Walaupun hebat, sihir ini adalah suatu kejahatan dan menakuti para dewa sehingga Zeus menyuruh Helios untuk mengasingkannya ke suatu pulau bernama Aiaia. Di sana Circe menghabiskan masa hukumannya (yang berlaku seumur hidup) dengan berlatih sihir, membuat ramuan-ramuan, menenun, bercocok tanam, beternak domba dan babi, memelihara singa dan serigala, berjalan-jalan di pantai, dan bereksplorasi sambil mengumpulkan bahan-bahan untuk ramuan. Sungguh, hidupnya benar-benar chill abis. 

Tidak sampai ketika pertemuannya dengan bangsa manusia. Circe mulai menemukan sisi kemanusiaan dalam dirinya dan mempelajari bahwa dia tidak sekejam dan sedingin para dewa-dewi Titan dan Olympus yang dikenalnya. Dia senang mengamati manusia—bahwa ternyata di balik fisik yang begitu lemah dan fana ada hal-hal yang tidak pernah ditemukan di dalam diri para dewa. Dia juga mempelajari bahwa ternyata para pahlawan perang seperti Odysseus yang diagungkan-agungkan (dan menjadi kesayangan Athena si dewi perang) juga punya cela. 

Aku pernah berpikir bahwa dewa adalah kebalikan dari kematian, tetapi sekarang aku menyadari bahwa mereka lebih mati dari apapun, karena mereka tak pernah berubah, dan tak bisa memegang apapun dalam tangan mereka.

Circe jatuh cinta kepada manusia: Daedalus si pengrajin, Odysseus si pahlawan perang, dan Telemachus si putra Odysseus (iya, doi memang bucin). Dia juga rela melakukan apa saja kepada Telegonus (putranya dengan Odysseus) untuk melindunginya dari ancaman kematian Athena. Circe yang menyadari dirinya kekal merasa sedih dengan kenyataan bahwa pada akhirnya dia harus berpisah dengan manusia-manusia yang dicintainya.

Aku akan terus hidup menjalani milenia demi milenia yang tak terhitung banyaknya, sementara semua orang yang kutemui datang dan pergi dan aku tertinggal hanya dengan mereka yang seperti diriku. Dewa-dewa Olympus dan para Titan. Adik-adikku. Ayahku.

Ada satu makhluk mitologi yang kusuka dari buku ini: Trygon, makhluk menyerupai ikan pari yang hidup di lautan dalam dan sudah hidup sejak dunia diciptakan. Dia punya ekor beracun yang membuat takut para dewa-dewi alias lebih powerful daripada kekuatan dewa-dewi manapun. Mungkin ini terdengar konyol, tapi kalau aku adalah sebuah makhluk mitologi, aku ingin menjadi makhluk seperti itu alias hidup sendirian minding my own business di suatu tempat yang jauh dan dalam, memiliki benda yang berharga dan powerful, dan melontarkan teka-teki atau tantangan kepada para pahlawan ketika mereka datang menemuiku untuk meminta benda itu (yah, tentu saja adakalanya aku bosan dan ingin mengerjai mereka 💃).

Salah satu mukjizat Circe yang kusukai adalah bisa mengubah setiap laki-laki yang berniat jahat kepadanya menjadi babi (kenapa setiap perempuan tidak dianugerahi kemampuan seperti itu, sih?). Berdasarkan penelusuranku di Google, Circe sebagai salah satu tokoh mitologi Yunani memang biasa dikenal dengan kemampuannya itu. Menurut artikel ini, Miller (yang juga belajar karya-karya klasik di universitas) ingin menceritakan ulang mitologi Yunani dari perspektif perempuan. Dia ingin menunjukkan bahwa Circe tidak hanya dikenal dengan bisa-mengubah-laki-laki-menjadi-babi dan bucin Odysseus, tapi juga punya sisi kebaikan. Dan aku suka dengan bagaimana Miller menulis tentang para dewi yang tidak kalah powerful dengan para dewa.

Buku ini punya muatan yang lebih mature dengan bahasa yang puitis, tapi tetap page-turning dan bisa dinikmati—bagaimanapun mitologi Yunani selalu menarik dan seru untuk disimak. Aku mendapat hal-hal baru dari Circe yang tidak dibahas di Percy Jackson. Kayak kisah dewa-dewi lain selain tiga dewa besar (Zeus, Poseidon, dan Hades (dan anak-anaknya)) yang tidak kalah epik dengan mereka (termasuk Circe), kisah-kisah kepahlawanan manusia-manusia favorit para dewa (Odysseus, Achilles, Daedalus), asal-usul para monster (Minotaur, Scylla), dan hal-hal yang mengguncang jiwa di balik mewahnya kehidupan istana dan keagungan para dewa (kayak penyalahgunaan kekuasaan dan konspirasi). Di sini juga sedikit membahas tentang perang-perang yang pernah terjadi, kayak Perang Troya ketika Odysseus dan pasukannya menyerang kota Troy dengan bersembunyi di dalam patung kuda raksasa. Dan itu mengingatkanku akan sebuah meme, ngomong-ngomong (💁). 

2. Totto-chan: Gadis Cilik di Jendela

Tetsuko Kuroyanagi


Foto sampul buku Totto-chan: Gadis Cilik di Jendela

Bayangkan punya masa kecil yang menyenangkan sampai bisa ditulis menjadi buku... Can't relate (💁).

Cerita-cerita di buku ini ditulis berdasarkan masa kecil Tetsuko (yang juga dipanggil Totto-chan) yang bersekolah di SD Tomoe Gakuen. Di awal bab, Tetsuko bercerita bahwa dia dikeluarkan dari sekolah lamanya karena tidak bisa diam selama pelajaran berlangsung, kayak membuka-tutup meja berkali-kali dan berdiri di depan jendela sambil memanggil-manggil pemusik jalanan. Beruntungnya Totto-chan, punya ibu yang peduli dengan kesejahteraan anaknya. Setelah mendengar keluhan seorang guru tentang tingkah Totto-chan, ibu mencari sekolah lain yang bisa memahami Totto-chan kemudian menemukan Tomoe Gakuen.

SD Tomoe adalah sekolah yang sudah pasti pantas memasang papan bertuliskan "Sekolah Ramah Anak" di depan gerbangnya. Di Tomoe tidak pernah ada diskriminasi, ejek-ejekan nama orang tua, guru yang memukul atau mempermalukan muridnya di depan kelas, dan bullying (astaga, bayangkan merasa aman dan tentram di sekolah). Mr. Kobayashi, sang kepala sekolah, adalah orang yang benar-benar peduli dengan dunia anak dan pendidikan. Beliau belajar bertahun-tahun di luar negeri tentang pendidikan yang cocok untuk anak-anak, dan berpikir bahwa anak-anak seharusnya dibebaskan untuk belajar apapun sesuai minat mereka. Beliau bahkan tidak pernah memarahi murid-muridnya, dan jika ada yang berbuat salah, beliau akan menasihati si murid di ruang tertutup berdua saja. Ada anak-anak yang punya kekurangan fisik, tapi Mr. Kobayashi tidak pernah peduli dengan itu karena beliau percaya bahwa semua anak sama dan setara. Semua anak Tomoe menyayanginya, sebesar rasa sayang Mr. Kobayashi terhadap mereka.

Dia yakin, setiap anak dilahirkan dengan watak baik, yang dengan mudah bisa rusak karena lingkungan mereka atau karena pengaruh-pengaruh buruk orang dewasa. Mr. Kobayashi berusaha menemukan "watak baik" setiap anak dan mengembangkannya, agar anak-anak tumbuh menjadi orang dewasa dengan kepribadian yang khas.

Mr. Kobayashi adalah definisi sesungguhnya dari ungkapan "guru adalah orang tua di sekolah".

Tidak hanya punya lingkungan yang ramah dan suportif untuk perkembangan anak, SD Tomoe juga punya bangunan yang unik. Alih-alih bata dan semen, kelas-kelasnya terdiri dari rangkaian kereta (sekilas info: kata Ivan Lanin di Twitter, kata "kereta" adalah untuk orang dan bagasi, sedangkan "gerbong" adalah untuk hewan dan barang). Totto-chan selalu berimajinasi sedang belajar di atas kereta yang berjalan (kayak satu scene di Snowpiercer, ngomong-ngomong). Aturan makan siangnya pun sederhana (dan bikin penasaran semua anak): setiap anak harus membawa "sesuatu dari laut dan sesuatu dari pegunungan". Kalau ada anak yang tidak membawa salah satu, istri Mr. Kobayashi akan melengkapinya dengan memberikan masakan buatannya. Saking menyenangkannya bersekolah di Tomoe, Totto-chan selalu bersemangat pergi ke sekolah dan tidak sabar menunggu esok tiba (can't relate 💁).

Aku ingat betul dulu ketika baru terbit, buku ini best-seller, ada versi hard-cover, dan sempat diulas di majalah Bobo. Tapi, entah kenapa aku tidak sempat beli, mungkin karena perhatianku teralihkan ke buku lain atau aku merasa harga bukunya mahal (yah, mohon maaf di zaman dulu apapun mahal harganya 💁). Sekarang setelah cetak ulang sampai dua puluhan kali (dan ada edisi revisinya), aku bisa membacanya lewat Gramedia Digital. Dan aku sedikit menyesal kenapa telat banget karena ternyata buku ini begitu menghangatkan hati. Bab-babnya pun pendek dan bisa dibaca sendiri-sendiri. Di beberapa halaman juga diselipkan gambar-gambar bertema dunia anak-anak yang lucu, berwarna-warni, dan sederhana dari Chihiro Iwasaki (menurut penjelasan yang kubaca di bab tambahan buku, gambar-gambar itu diambil dari koleksi Chihiro Art Museum).

Secara keseluruhan, Totto-chan: Gadis Cilik di Jendela punya vibe yang sama seperti Laskar Pelangi (Andrea Hirata)—sama-sama menceritakan masa-masa di SD dengan guru yang baik hati dan teman-teman sekelas yang seru. Satu hal yang kudapati adalah baik sekolah seperti SD Muhammadiyah Gantong di Laskar Pelangi yang hanya memiliki 10 murid maupun SD Tomoe Gakuen yang memiliki kelas kereta, keduanya sama-sama menekankan bahwa setiap anak berhak memperoleh pendidikan yang baik dan kebaikan yang sama. 

3. Rainbirds

Clarissa Goenawan


Foto sampul buku Rainbirds

Cerita dibuka dengan Ren Ishida (seorang pemuda yang baru lulus universitas) mendapat kabar kematian kakaknya, Keiko (seorang wanita yang bekerja sebagai guru bimbel) di suatu kota kecil bernama Akakawa. Keiko ditikam sampai tewas saat sedang berjalan-jalan di malam hari. Ren langsung pergi ke Akakawa untuk mengurus pemakaman, mengumpulkan barang-barang Keiko, dan membantu penyelidikan polisi. Tapi, polisi sama tidak tahunya dengan Ren mengenai pelaku dan motif pembunuhannya selain adanya barang bukti berupa pisau berlumuran darah. Setelah beberapa hari di Akakawa, dia memutuskan untuk tinggal di Akakawa sampai urusan tersebut benar-benar selesai. Lewat perbincangan dan pertemuan dengan orang-orang yang pernah berhubungan dengan Keiko—mulai dari rekan-rekan kerja di tempat bimbel sampai pemilik kos di mana Keiko pernah tinggal—Ren berusaha menyelidiki sendiri kematian Keiko. Tapi, Ren tidak pernah mengira bahwa sebenarnya dia tidak mengenal kakaknya seperti yang sudah dikenalnya. 

Alurnya lambat—tidak serta merta terungkap siapa pembunuh Keiko dan alasannya dibunuh—tapi, tetap page-turning karena aku penasaran dan ingin cepat menyelesaikannya. Sambil mencari siapa pembunuh Keiko, aku juga mempelajari siapa Keiko dan hubungan kakak-adik antara Keiko-Ren yang menghangatkan hati. Walaupun ber-genre misteri, gaya penulisannya ringan, tidak muluk, dan mengalir. Aku suka dengan petualangan Ren di Akakawa: bagaimana dia selalu menghabiskan waktu seorang diri (seperti aku), dinamikanya dengan Honda (rekan kerja Keiko) yang seperti kakak-adik, dan pertemuannya dengan Seven Stars alias Rio (gadis yang diajar Ren di tempat bimbel dan menjadi love-interest-nya). Aku juga suka dengan tokoh gadis kecil misterius yang selalu muncul di mimpi Ren dan memberinya petunjuk tentang kematian Keiko (ini agak mengingatkanku akan cerpen yang pernah kubuat, ngomong-ngomong). Setelah membaca novel debut Clarissa yang ini (sungguh novel debut yang bagus 🙌), aku jadi ingin membaca novel keduanya, deh. 

Kutipan-kutipan:

Kesedihan itu sendiri tak akan menyakiti siapapun. Hal-hal yang kaulakukan ketika sedang sedihlah yang bisa menyakitimu dan orang-orang di sekitarmu.

Keputusan yang diambil pada usia dua puluhan mungkin justru yang terbesar dalam hidup kita. Pekerjaan yang ingin kita geluti, orang macam apa yang akan kita nikahi, hal-hal semacam itu. Tapi kita masih muda. Masih terlalu naif dan bodoh untuk membuat keputusan sepenting itu.

4. Here Lies Daniel Tate

Cristin Terrill


Foto sampul buku Here Lies Daniel Tate

Trigger warning: child abuse, suicide, suicide attempt, self-harm

Daniel "Danny" Tate adalah seorang anak dari keluarga kaya yang hilang saat berumur 10 tahun. Enam tahun kemudian, dia tiba-tiba ditemukan di sebuah kantor polisi di Kanada. Setelah diidentifikasi oleh keluarga, diwawancara oleh kepolisian, dan mendapat paspor, Danny akhirnya bisa berkumpul kembali bersama keluarganya di Hidden Hills (yang setelah kutelusuri lewat Google dan kupelajari di artikel ini tempat itu memang beneran ada dan menjadi perumahan elit selebritis macam keluarga Kardashian, Drake, dan The Weeknd). Hanya saja, Danny yang ini bukanlah Daniel Tate alias hanya seseorang tanpa nama (kita sebut saja NN) yang sengaja menjadi Danny asli untuk mencegahnya kembali ke jalanan lagi.

Si NN sebenarnya sudah cukup umur, tapi dia selalu berperan sebagai seseorang yang lebih muda, berpura-pura bingung dan tersesat di jalan sehingga polisi akan memasukkannya ke penampungan sementara untuk anak-anak homeless. Dia berpindah dari satu tempat ke tempat lain dan selalu menolak untuk menyebutkan nama. Satu-satunya identitas diri yang dia miliki adalah kartu ID baseball berisi foto dirinya saat masih kecil. Yah, intinya si NN ini memilih diam dan menjadi tidak kasatmata sebagai mekanisme pertahanan diri.

If you don't speak for long enough, people eventually stop seeing you as an oddity and start seeing you as a piece of furniture, which suited me just fine. I liked to blend in to the chaos they caused until I as good as disappeared.

Tapi, mekanisme itu tidak lagi berhasil karena seorang petugas polisi ingin memasukkannya ke penampungan khusus. NN berusaha mencari cara agar bisa lolos, dan melalui hasil penelusuran orang hilang di internet, dia memutuskan untuk mencuri identitas Daniel Tate. NN juga mempelajari anggota-anggota keluarga barunya agar tidak mencurigakan. Setelah tinggal beberapa hari di Hidden Hills, NN/Danny mulai kerasan. Kehidupan barunya jauh lebih baik daripada dulu: ada keluarga yang perhatian dan menyayanginya, tidak perlu lagi hidup di jalanan, makanan yang selalu tersedia, rumah mewah dengan kolam renang, pakaian-pakaian bagus, kartu kredit pribadi, mobil mewah untuk belajar menyetir, dan popularitas di sekolah. Tapi, semakin lama NN/Danny tinggal, semakin banyak hal tentang keluarga Tate yang tidak diketahuinya—jauh lebih banyak daripada yang sudah dia tahu lewat internet. Di rumah keluarga Tate ternyata tidak hanya NN yang berpura-pura. 

Aku membacanya di Riveted (seperti biasa 🙆) dan langsung cepat-cepat menyelesaikannya karena penasaran banget dengan penyamaran NN/Danny pada akhirnya terbongkar atau tidak (mengingat FBI juga terlibat dalam pencarian Daniel Tate) dan Daniel Tate asli berhasil ditemukan atau tidak. Buku ini penuh dengan twist yang membuatku tercengang dan hampir-hampir tidak percaya (yah, bagaimanapun ini adalah kisah fiksi, jadi tidak masalah mau percaya atau tidak, sih 💁). Ending-nya pun terbuka alias tergantung penilaian dan imajinasi pembaca (aku suka dengan ending macam begini karena tidak akan mengecewakan). Well yeah, kalau mau diringkas menggunakan bahasa yang lebih sederhana: buku ini seru dan page-turning (alias tahu-tahu sudah baca sampai separuh buku saja).

Tapi, sampai bukunya berakhir pun aku masih tercengang saat mengetahui bahwa ternyata kasus Daniel Tate pernah terjadi di kehidupan nyata. Berdasarkan artikel ini, Terrill menulis Here Lies Daniel Tate karena terinspirasi kasus hilangnya Nicholas Barclay (seorang anak laki-laki berumur 13 tahun) di tahun 1994 dan Frédéric Bourdin si pencuri identitas yang mengaku sebagai Nicholas tiga tahun kemudian. Bahkan film dokumenter-nya pun sudah dibuat. Well yeah, memang benar kejadian nyata kadang-kadang lebih aneh daripada kisah fiksi.

No comments

Terima kasih atas komentarnya, Kawan. Maaf dimoderasi dulu (ᵔᴥᵔ)