Sekolah, suatu ide buruk yang pernah terpikirkan—lebih buruk daripada mimpi paling buruk sekalipun. Ya, karena begitu kau membuka mata, mimpi buruk itu langsung buyar dan sore nanti kau bakal melupakannya. Beda dengan sekolah. Kau memejamkan mata, berharap dalam sekejap kau sudah berada di rumah saat membuka mata, tapi kenyataannya kau masih berada di sekolah, duduk diam mendengar guru mengoceh di depan kelas sementara waktu pulang masih lama.
Di sekolah, hal yang kau lakukan hanya duduk di bangku. Mengikuti pembelajaran, duduk di bangku. Mengerjakan tugas dan soal-soal ujian, duduk di bangku. Makan dan minum, duduk di bangku. Main laptop, duduk di bangku. Ngobrol sama teman, duduk di bangku. Tidur waktu jam kosong, duduk di bangku. Kebelet pipis tapi nggak berani ke toilet sendirian, duduk di bangku.
Sekolah, suatu tempat yang tidak begitu menyenangkan. Di mana kau menemukan aksi bullying, eh? Kau tidak dapat berakting tapi dipaksa mengikuti drama, atau kau tidak dapat memukul bola voli melewati net tapi dipaksa untuk memukul melewatinya, atau suaramu tidak begitu bagus tapi dipaksa berhenti nyanyi, atau kau mendapat nilai jelek lalu oleh gurumu kau diasingkan dengan anak-anak yang juga mendapat nilai jelek.
Selain itu, sinar matahari menyorot di mana-mana (tidak, aku bukan seorang vampir). Jujur saja, aku selalu merasa dekil ketika pulang sekolah. Brilian. Padahal kegiatan yang aku lakukan hanya duduk di bangku, pergi ke kantin yang jaraknya hanya beberapa langkah, pergi ke toilet yang jaraknya beberapa meter, dan pergi ke masjid sekolah yang jaraknya beberapa kelas. Aku tidak tahu apakah ini karena pengaruh suhu di sekolah yang lebih tinggi daripada di rumah, atmosfer sekolah—maksudku, mungkin karena keberadaan para penunggu sekolah atau asap ilmu pengetahuan yang memenuhi udara, atau bahan seragam yang dipakai. Coba bandingkan bahan kaus yang sedang kau pakai dengan seragammu. Beritahu aku jika kau menemukan orang yang sewangi di pagi hari saat jam pulang sekolah. Apa? Dia menghabiskan satu botol parfumnya hanya untuk sekolah?
Di sekolah kau bertemu berbagai macam karakter. Jika kau lebih memilih A daripada B, siap-siap saja dengan orang yang bakal menentang keputusanmu. Jika kau berpendapat A daripada B, siap-siap saja dengan orang yang bakal mengomentari pendapatmu. Jika kau salah langkah, oke, siap-siap saja menghadapi sindiran dan komentar, bahkan di dunia maya sekalipun.
Berbagai jenis tugas dan ujian juga merupakan ide buruk yang pernah terpikirkan. Tugas dan ujian membutuhkan berlembar-lembar kertas. Coba hitung berapa lembar kertas yang telah kau habiskan untuk tugas dan ujian, termasuk juga print ulang—jika kau melakukan revisi. Sesuai apa yang dikatakan media, menggunakan kertas bekas dan print bolak-balik mungkin bisa melestarikan hutan. Tapi, kurasa itu tidak mungkin (jangan mengernyit begitu, tolong). Bayangkan saja tugas makalahmu menggunakan kertas yang di baliknya terdapat gambar atau tulisan tidak penting seperti daftar barang impian, atau karya tulis yang diprint bolak-balik. Dengan banyaknya kertas yang dipakai, bayangkan tasmu akan bertambah berat—walaupun cuma beberapa gram. Aku setuju dengan kebijakan beberapa guru yang lebih memilih e-mail.
Jujur saja, aku lebih senang belajar di tempat kursus daripada di sekolah. Hal pertama yang aku sukai di tempat kursus adalah gurunya. Tidak, bukan karena ganteng atau cantik. Tapi, karena mereka ingat padaku—tidak hanya muka, tapi juga nama. Bayangkan saja rasanya para guru memanggil namamu dengan benar, bahkan nickname-mu. Bayangkan saja rasanya para guru memujimu ketika kau berhasil mengerjakan soal atau memainkan nada dengan benar. Hal kedua yang aku sukai adalah prestasi yang berhasil kudapat. Aku mungkin bisa menjadi ranking satu di tempat kursus, tapi mungkin tidak dapat ranking di sekolah. Ya, aku tahu itu aneh. Jangan mengernyit begitu. Hal ketiga yang aku sukai adalah ruang belajarnya—hanya terisi beberapa bangku dan meja, dan suhu ruangannya dingin. Bandingkan dengan sekolah yang penuh berisi bangku dan meja jelek, dan suhu ruangannya naik beberapa derajat daripada suhu di rumahmu.
Hal yang kusenangi dari sekolah adalah liburan. Oh well, jangan bilang kau lebih suka stay-tune di sekolah daripada di rumah. Selain itu, nikmat rasanya mempelajari buku-buku pelajaran dan mencoba menaklukan soal-soal latihan di malam hari. Hal yang kubenci adalah tugas-tugas yang kadangkala tidak dapat diterima akal. Merangkum bab sekian lalu menulis ulang di buku tulis padahal kau tinggal menandai buku paketmu dengan stabilo? Seriously?
Well, semua pelajar pasti lulus dari sekolah, ngomong-ngomong. Hanya saja, kapan lulusnya itu yang membuatmu terus bertanya-tanya. Aku bosan pakai seragam dan mendapat tugas yang sama setiap hari (kalau bukan tugas persentasi kelompok, pasti tugas tulis-menulis).
Kapan aku lulus, sih?