Bulan ini banyak hari cuti sekolah. Diawali dengan libur Imlek, terus nanti tanggal 7, 8, dan 9 Februari para peserta didik yang berstatus anak-kelas-sebelas-dan-sepuluh kecipratan libur karena selama tiga hari itu para peserta didik yang berstatus anak-kelas-dua-belas berkutat ria dengan Try Out Provinsi. Hmm, asyik cuti tiga hari! Maaf ya Kang, Teh. Dinikmati aja ya wejangan soal-soal-nya.
Nah, selama tiga hari cuti, aku punya segudang rencana. Dari mulai privat gitar autodidak, menghabiskan sisa novel yang belum sempat dibaca, mengerjakan proyek Seni Rupa (iya, kelasku diberikan tugas. Jangka. Lagi), bahkan belajar Fisika. Oke, kukakui, aku memang ingin bisa nembus jurusan IPA. Setelah melalui rehabilitasi di ruang laboratorium Kimia dengan bermacam-macam gelas kimia berisikan cairan berbau (NH3 for the win!) dan berasap, terus reaksi, bilangan Avogrado, dst, dsb, dll, kurasa Fisika lebih mending daripada Kimia – dan Matematika lebih mending daripada Fisika. Apa? Nggak juga? Well, itu sih menurutku, loh.
Intinya dari postingan ini (dua paragraf di atas hanya sebagai paragraf basa-basi. Ayo, tentukan, termasuk jenis apakah kedua paragraf di atas? Becanda), aku lagi terobsesi menerbitkan sebuah buku hasil buah pemikiranku sendiri (sebenarnya, menjadi seorang penulis handal). Bangga rasanya melihat buku yang ditulis olehmu dipajang di rak toko buku. Tapi, sebagai langkah awal sih, lebih baik dikirimkan dulu aja ke majalah. Aku nggak bisa menulis tulisan ilmiah, aku hanya bisa menulis cerita. Kadang-kadang, aku menemui kesulitan menulis sebuah cerita simpel khusus untuk anak-anak. Aku pernah mengirim cerita ke Kompas Anak, tapi karena aku belum beruntung, naskahku tidak dimuat. Pihak Kompas mengembalikan lagi naskahku. Mereka bilang, bahasaku terlalu dewasa untuk anak-anak. Dan rasa kecewaku terobati begitu mereka berharap aku mengirimkan lagi naskah ke redaksi mereka.
Saat kelasku mendapat jam bebas pelajaran, aku iseng mencoretkan pulpenku di atas kertas, menulis sebuah dongeng tentang seekor kucing yang membangga-banggakan topi ajaibnya. Kemarin, aku mendapatkan mimpi aneh – seperti cerita-cerita fantasi. Karena aku berpendapat mimpi itu KEREN dan jarang kudapat, langsung aja aku tuangkan lewat tulisan. Dan sekarang mimpi itu telah berkembang menjadi cerita 6 halaman Ms. Word. Tapi sayangnya, aku belum tahu akhirannya gimana, euy. Terus, aku membuat cerita lagi mengenai seorang anak berumur sebelas tahun dengan jaket merah yang menolongnya dari penculikan. Well, sebenarnya aku terinspirasi membuat cerita itu dari sebuah cerpen yang aku baca di majalah kaWanku.
Di twitter juga ada akun yang memuat cerita-cerita yang bagus-bagus. @fiksimini. Yeah, baca tweets akun ini dan kau akan terpukau dengan kegeniusan dan kekuatan sebuah cerita mini di dalam 140 karakter. Ceritanya simpel. Tapi, membuatmu bertanya-tanya dan berimajinasi kayak gimana lanjutan ceritanya. Aku udah mencoba membuat dua fiksimini, tapi nggak ada yang di-retweet. Hiks. Mungkin karena bumbu yang aku pakai kurang. Jadi, sampai sekarang aku hanya menjadi penikmat fiksimini-fiksimini itu.
Menulis itu ternyata bikin ketagihan, ya? Asa gimana gitu kalau tidak menulis walaupun hanya satu hari (haha, padahal mah belum pernah mencoba tidak menulis selama satu hari penuh).
No comments
Terima kasih atas komentarnya, Kawan. Maaf dimoderasi dulu (ᵔᴥᵔ)