I’m back, peeps. Wah, ini kayaknya kembali blogging hanya karena habis jalan-jalan saja, sih. Setelah melalui empat bulan berkutat dengan semester empat untuk menaikkan IP menjadi tiga koma—terutama terbebas dari laporan, aku memutuskan untuk homeostatis. In case you’re wondering apakah aku main ke gunung atau pantai, aku lebih memilih keliling kota. Pertama, akses lebih mudah—mungkin hanya melalui beberapa titik kemacetan, dan kedua, waktu tempuh lebih cepat—cukup naik motor selama kurang lebih dua puluh menit dari kosan. Entahlah, aku lebih suka duduk di suatu sudut sambil mengamati orang-orang, atau keluar-masuk toko tanpa membeli. Karena minggu-tenang-yang-sebenarnya-tidak-bisa-disebut-tenang, kurasa menambah pengetahuan jalan di Jogja dan mengunjungi beberapa tempat mainstream oke juga.
Jadi, aku pergi ke Lippo Mall—mall baru (percayalah padaku, itu hanya rasa penasaran semata)—dan aku hanya menghabiskan waktu tiga puluh menit di sana karena banyak toko belum dibuka. Setelah itu aku berbelok ke Museum Affandi yang letaknya tidak jauh dari situ.
Harga tiket masuk 20K gratis minuman ringan, dan tambah 10K kalau ingin memotret dengan kamera hape dan 20K kalau ingin memotret dengan kamera digital. Ini hanya rasa penasaran semata, padahal sebenarnya aku hanya mengamati lukisan-lukisannya tanpa mengetahui maknanya. Museum ini terbagi menjadi tiga galeri, ada menara pandang, dan café juga (dan di sini kau bisa menukar tiketmu dengan minuman). Tempat yang lumayan untuk mengisi hari Sabtu yang kosong. Ada koleksi lukisan karya Affandi sendiri, karya anak perempuannya, dan karya pelukis lain.
|
Seorang anak bermain cacing sambil kencing. Sungguh lukisan yang menarik perhatian. |
|
Varanus comodoensis and paintings. |
|
Self portrait. |
Selanjutnya, aku pergi ke Taman Pintar. Fun fact: selama di Jogja aku belum pernah ke Taman Pintar--yeah feel free to judge me. Harga tiket 18K untuk wahana Memorabilia—yang sebagian besar berisi foto-foto presiden, tokoh-tokoh penting, dan gubernur Jogja, manikin berpakaian prajurit kraton, dan koleksi presiden keenam negara kita—buku, gitar, dan playlist lagu-lagu ciptaan Pak SBY yang bisa didengar seantero ruangan, dan Gedung Kotak yang berisi peraga-peraga fisika, kimia, biologi dll dst etc yang bisa dimainkan secara langsung—dan yang menjadi favorit bagi pengunjung adalah alat yang membuat rambutmu berdiri jika kau meletakkan tanganmu di atas alat itu. Lumayan menyenangkan untuk dikunjungi.
Tadinya aku ingin ke Gembira Loka karena aku tidak ingat pernah ke sana dulu, dan ingin melihat penguin. Tapi, rencana berubah karena tiba-tiba seorang teman ngajak main ke tempat lain. Jadi, aku malah terdampar di Sindu Kusuma Edupark. Taman bermain ini agak sulit ditemukan sih kalau tidak jeli melihat petunjuk jalan. Tempat ini sejenis Dufan—ada berbagai wahana dan tiket masuknya 15K bonus minuman plus kartu yang bisa diisi saldo kalau ingin naik wahana. Ngomong-ngomong, ikon dari taman bermain ini adalah bianglala-nya yang sering menjadi background selfie. Anyway, tempat yang lumayan untuk duduk-duduk menikmati angin sepoi-sepoi sambil menunggu petang.
|
Célfie. |
|
A-not-so-called Jogja Eye. |
No comments
Terima kasih atas komentarnya, Kawan. Maaf dimoderasi dulu (ᵔᴥᵔ)