Mudik ke Solo. Heran aja kenapa udah (ahem) mahasiswa tapi masih dapat THR. Ya sudah lah ya, disyukuri saja. Agenda di Solo sama seperti tahun-tahun kemarin, ke Gramed, Luwes, rumah para mBah, tapi tahun ini lanjut ke Malang dan gunung Bromo. Yes man, I couldn't be happier.
Pertama, singgah dulu ke Museum De Mata, Jogja. Kau bisa berpose di depan foto 3D.
Ya kayak gini contohnya.
Lalu, ke Jepara, kota furniture dan kota kelahiran R.A Kartini. Kotanya sepi sekali, astaga. Di sini ada museum R.A Kartini. Dalam perjalanan pulang, mampir dulu ke Masjid Menara Kudus, tapi sayangnya lagi direnovasi.
Terus, lanjut ke Malang naik kereta. Sebelum ke Bromo, jalan-jalan dulu ke Museum Angkut di Batu, tepat setelah sampai di Malang, hujan pula. Di sini kau bisa melihat koleksi transportasi dari masa ke masa. Ada Museum Topeng dan Pasar Apung juga. Kau bisa mendapati suasana Broadway, pelabuhan Jakarta zaman dulu, Las Vegas, Hollywood, bahkan masuk ke Buckingham Palace (sayang nggak nemu Sherlock Holmes). Ketika melalui pintu keluar kau masih diberikan kesan tentang Museum Angkut: rasanya berjalan di gerbong kereta.
My Momma is cool. |
Gamada bercaping mau jualan dulu. |
Tebak-tebakan di Museum Topeng. |
Besoknya jam 01.00 malam, dengan terkantuk-kantuk, menuju Bromo. Ketika sampai di lokasi, hawa dingin langsung menerpa. Untuk sampai ke lokasi sunrise, harus naik hardtop. Nah, di sini nih bagian serunya. Kapan lagi bisa naik hardtop sementara kecil kemungkinannya bisa mendapati hardtop melenggang di jalan raya? Dengan jalan berkelok-kelok, hawa dingin, gelap di mana-mana, akhirnya nggak bisa melanjutkan tidur. Tapi, worth it kok pemandangan yang bakal kau dapat ketika sudah sampai di lokasi. Karena datang lebih awal dan sunrise belum muncul, akhirnya duduk-duduk dulu di warung pinggir jalan sambil menghangatkan diri dengan secangkir Milo panas-yang-cepat-dingin. Tips penting nih. Pastikan kau ke toilet dulu karena kau nggak bakal menemukan toilet lagi.
(y) |
Setelah puas melihat sunrise, langsung caw ke pemandangan yang lebih menakjubkan lagi. Melewati bukit-bukit Teletubbies, istilahnya, dan Pasir Berbisik. Lalu lanjut melihat kawah. Siapkan tenaga karena kau harus menaiki tangga, dan untuk sampai ke tangga harus naik kuda dari tempat parkir. Tapi, ya gitu, worth it kok.
Begitu sampai hotel langsung bersih-bersih lalu lanjut ke air terjun Coban Rondo dan metik apel. Oh yeah, dengan kaki pegal-pegal, tentu saja.
Besoknya (hari terakhir) ke Candi Jago dan Masjid Ghaib. Bukan nama, hanya istilah karena tiba-tiba di ujung gang sempit muncul masjid besar dengan ruangannya yang berkelok-kelok. So yea, orang-orang bertanya-tanya gimana ceritanya masjid sebesar itu bisa dibangun.
Sorenya pulang ke Solo naik kereta.
No comments
Terima kasih atas komentarnya, Kawan. Maaf dimoderasi dulu (ᵔᴥᵔ)