Let me scream like a fangirl first. Why, you would ask. Because—yes, I know it’s a little bit late… and clique—but, I already watched Sherlock!!!!1!!!!
Kosan. |
Ini adalah Sherlock di abad 21 dan kapan lagi sih kau bisa melihat Sherlock berkutat dengan smartphone dan laptopnya mencari-cari informasi? Dan tentu saja, hashtag Twitter #SherlockHolmesAlive!, #SherlockIsNotDead, dan #SherlockLives. Well yeah, that’s the 21st century.
Di abad 18, John Watson menulis pengalamannya dengan Sherlock Holmes di buku, sementara Sherlock Holmes bikin jurnal tentang deduksi. Kalau di abad 21 ini, John Watson dan Sherlock Holmes menulisnya di blog. Percaya nggak percaya, ini blog mereka: http://www.johnwatsonblog.co.uk/ dan http://www.thescienceofdeduction.co.uk/. (dan tunggu sampai kau berkomentar: "Wow, aku suka post A Study in Pink dan tentang kruk alumuniumnya.")
Di Season 1 dan 2 kau bisa melihat Sherlock yang tengil dengan poker face-nya. Tapi, di Season 3 kau akan melihat Sherlock yang lebih emosional, terutama hubungannya dengan John Watson (oh tunggu, ini bukan seperti yang kau bayangkan!) dan orang-orang terdekatnya.
Ini pasti karena hormon (seperti yang dosen SPH bilang), tapi kurasa that was the sweet of Sherlock.
***
Season 4 tak enteni.
No comments
Terima kasih atas komentarnya, Kawan. Maaf dimoderasi dulu (ᵔᴥᵔ)