Kuliah pertama adalah satu hal yang ditunggu-tunggu para maba, terutama ketika selesai ospek (ngaku saja, deh). Tanggal 9 September aku mengalami kuliah pertama setelah beberapa hari sebelumnya berbingung-bingung ria (?) mengisi KRS. Spesial untuk maba yang penuh kebingungan (itulah tidak enaknya menjadi maba. Jadi, jangan terlalu bangga ngaku-ngaku seorang maba), pihak akademik fakultas memberi paket mata kuliah yang wajib diambil (dan maba hanya bisa ‘ywdc’ sambil mengeluh betapa jadwal kuliah tidak beda dengan jadwal sekolah: masuk jam tujuh pagi). Bertemu Kimia, Fisika, dan Matematika lagi! Oke.
Setelah itu, para maba rendezvous dengan Dosen Pembimbing Akademik, untuk minta tanda tangan KRS dan konsultasi. Bertemu dengan DPA tidak mudah, dudes. Butuh perjuangan dan kesabaran ekstra. DPA-ku langsung menyemangati maba-nya untuk selalu duduk di depan dan berusaha dapat A di pertemuan pertama. Oke, aku hanya bisa ‘ywdc’ sambil membayangkan tingkat kesulitan yang bakal kuhadapi.
Dosen juga bisa telat. Ada kelas kosong. Ditunggu sampai waktu kuliah selesai, dosen tidak datang. Tak ada bedanya dengan waktu sekolah. Kecilik tenan. Tau gitu kenapa tadi nggak bangun siang aja terus lanjut nyuci *anak kos’ thought*. Well, setidaknya ngisi absensi (?).
Makananku sekarang Campbell edisi Bahasa Indonesia yang terdiri tiga jilid. Jumlah halaman? Oh, beratus-ratus lembar. Sekali lagi, aku hanya bisa ‘ywdc’.
Menjadi maba juga mengikuti agenda kampus. Setiap hari Sabtu selama bulan September aku mengikuti pelatihan soft skills, dan itu masih termasuk PPSMB. Jadi, sebenarnya ospek itu sebulan. Kalau waktu ospek pertama caping is everywhere, kemarin kertas plano is everywhere (dibawa buat soft skills). Begitu berada di Toko Merah, kalau ada seseorang yang membawa gulungan kertas plano, orang itu maba UGM.
No comments
Terima kasih atas komentarnya, Kawan. Maaf dimoderasi dulu (ᵔᴥᵔ)