Pengendara motor: “Bapak kalo memang gak bisa tunjukin kesalahan, jangan dibuat-buat! Saya mahasiswa hukum, saya tahu hukum!”
Polisi: (nada meremehkan) “Ah, mahasiswa seperti kamu paling bisanya cuma ngomong. Pasti IP kamu cuma 6, kan! IP segitu aja bangga!”
Jakarta, didengar oleh sesama teman yang langsung salam hormat ke si pengendara yang ternyata genius.
Guru Fisika: (ke salah satu murid) “Semoga kamu nanti kuliah S1 di Melbourne Amerika, terus kuliah S2 nggak di Amerika lagi, tapi di Harvard.”
SMA di Jakarta, didengar satu kelas yang sepakat mau membelikan peta dunia untuk sang guru.
Seorang ibu melihat anaknya yang berumur 3 tahun sedang memegang-megang tusuk gigi.
Ibu: “Eh, kamu kecil-kecil jangan megang tusuk gigi. Ntar ketusuk gimana? Ntar sakit, kan? Mau sakit? Mau? Ha? Mau nggak? Ntar bisa berdarah, loh! Mau nggak? Kalo mau, ya, udah Mama kasih lagi yang banyak. Mau nggak? Ayo, bilang nggak! Bilang! Ayo, bilang! Mau nggak? Ayo, bilang nggak! Bilaaang!”
Kedai ayam bakar di Jakarta, didengar seluruh pengunjung yang berharap akan ada sutradara yang bilang: “CUT!”
Karyawan #1: (mengetuk pintu WC)
Karyawan #2: (dari dalam WC) “Masuk.”
Perkantoran di Jakarta, didengar oleh seseorang yang berpikir kalo Karyawan #2 sudah memindahkan mejanya ke WC.
Bos production house ke bawahan-bawahannya: “Gue ada ide bagus, nih, buat konsep program TV, tapi apa, ya, kira-kira?”
Cempaka Putih, didengar dan diceritakan kembali oleh salah satu bawahan yang mempertimbangkan secara serius untuk pindah kantor.
***
Mari buka kuping lebar-lebar untuk dialog-dialog absurd yang berseliweran—saat kecepatan suara lebih tinggi daripada kecepatan pikiran.
Nguping Jakarta berisi dialog-dialog absurd kiriman para penduduk Jakarta yang selalu siaga membuka kupingnya lebar-lebar. Kunjungi situs http://ngupingjakarta.blogspot.com dan siap-siap tertawa.
Jangkrik! Setelah membacanya, aku jadi takut salah ngomong di tempat umum.
No comments
Terima kasih atas komentarnya, Kawan. Maaf dimoderasi dulu (ᵔᴥᵔ)