Oke. Aku bingung bagaimana cara memulainya.
Jadi, tanggal 10 Februari aku berangkat ke Thailand bersama 13 teman, dua guru, dan satu kepala sekolah. Bukan, bukan pertukaran pelajar, tapi program sekolah dalam rangka menjalin kerja sama dengan sekolah di Thailand. Kau bisa menyebutnya ‘sister school.’ Well, nggak hanya mencicipi belajar di sekolah sana, tapi juga jalan-jalan. Oh yeah, dan aku belajar jalan cepat seperti orang-orang luar negeri yang transportasi umumnya lebih bagus. Aku prepare dari sekolah jam 11 siang, tepat setelah acara Maulid Nabi selesai. Yeah I know, it sucks—dengan tampang kucel kau terbang ke Thailand.
Kota Bangkok sama seperti Jakarta: penuh mobil, gedung-gedung tinggi, mall-mall yang penuh orang kece. Jika kau ke Bangkok, cicipi BTS (Skyline). Yeah, itu kereta yang dalamnya seperti Prameks dan berjalan di atas kepalamu—tapi lebih dingin, lebih bersih, dilengkapi rute stasiun, dan tiketnya berbentuk kartu yang dimasukkan ke dalam mesin. Whoa, padahal Thailand negara yang nggak pernah dijajah dan hampir mirip Indonesia—maksudku penduduknya, tapi kenapa keretanya lebih bagus?
Hari pertama aku mengunjungi temple, The Grand Palace, dan The Resting Buddha, tentu saja. Bentuk bangunannya sama, jadi aku rada bosan juga. Ada beberapa tempat yang mengharuskan pengunjungnya melepas alas kaki, bahkan ada yang melarang pakai celana di atas lutut dan baju terbuka. Kau bisa menyewa kemeja, celana panjang, dan kain penutup seharga 200 Baht, tapi tenang saja uangmu bakal kembali jika kau juga mengembalikan pakaian sewaan.
The Resting Buddha. |
Temple di The Grand Palace. |
Kalau mau pergi ke temple, kau bisa naik BTS lalu turun di stasiun… oke, aku lupa—dan rombonganku melanjutkan perjalanan dengan naik kapal. Serius. Di sana juga ada kapal karena ada sungai Chao Phraya. Kapal-kapalnya selalu penuh dan kau bisa menemukan berbagai macam penumpang: anak sekolah, turis-turis asing, penduduk lokal. Ada tour guide juga yang sibuk mengoceh segala hal tentang bangunan-bangunan Thailand dan aku tidak terlalu memperhatikan karena aku tidak mengerti apa yang dia ocehkan. Ketika kau turun dari kapal, kau bakal menemukan pasar tradisional yang menjual minuman, makanan, dan souvenir. Oh, dan jangan lupa naik tuk-tuk, sejenis bajaj tapi bisa muat empat orang dan well, supirnya hobi ngebut.
On the boat. |
Malamnya, aku pergi ke MBK (Mahboonkrong), mall besar di Bangkok. Kusarankan jika kau mau beli kaos di sini saja karena harganya cuma 99 Baht. Souvenir macam gantungan kunci, dompet, tas dll dst dsb juga ada, dan jika kau berhenti di kios yang tepat, kau bisa dapat diskon.
Hari kedua aku pergi ke pasar wisata namanya Chatuchak, sama kayak Pasar Beringharjo Jogja yang di dalamnya banyak souvenir. Pasar ini hanya buka waktu weekend. Beruntung sekali rombonganku dapat kesempatan. Nah, di sini kau bisa menawar, tapi sayang sekali aku malah belanja souvenir buat anak-anak kelas di sini, padahal waktu di MBK aku bisa dapat yang lebih murah. Ada kaos juga, tapi 100 Baht untuk ukuran S, dan semakin besar ukuran, harga semakin mahal. Dan, Chatucak luas sekali. Jadi pikir-pikir dulu sebelum belanja karena siapa tahu di kios lain dapat barang yang lebih bagus dan murah.
Let’s talk about the food, shall we?
Banyak kedai di pinggir jalan yang menjual makanan mengandung babi. Bagi kau yang tidak makan babi, pilihan praktis bisa di KFC atau McD. Aku menemukan restoran yang menjual makanan halal di MBK. Kalau aku, KFC dan McD malah yang lebih cocok di lidah. Serius.
Hari pertama di hotel, aku sempat bingung dengan arah kiblat. Dengan berpedoman posisi matahari, aku tentukan ke mana arah kiblat. Masalah benar atau tidak, aku juga tidak tahu. Well, travelers, mending bawa kompas kiblat aja, deh dan kemarin aku nggak kepikiran untuk bawa itu. Duh.
Well, oke, karena postingan ini sudah lumayan panjang, nanti disambung lagi kapan-kapan.
p.s. Di Svarnabhumi Airport juga banyak toko souvenir dan mereka menjual cokelat. Gantungan kunci harganya 100 Baht, tapi bahannya bagus, loh, dan bentuknya unik.
No comments
Terima kasih atas komentarnya, Kawan. Maaf dimoderasi dulu (ᵔᴥᵔ)