Ada beberapa keluarga kucing di lingkungan rumah. Well, aku nggak tahu persis berapa jumlahnya. Suatu sore, sepulang dari sekolah, aku menemukan seekor kucing kecil warna putih di depan rumah. Ada bintik merah di dahinya. Pertemuan singkat dengan Si Kucing terjadi beberapa bulan lalu.
Suatu siang, aku melihat Si Kucing dengan ibu-nya. Yup. Dengan ibu-nya – di teras rumah. Mereka lagi bersantai. Kuintip kegiatan mereka. Si Kucing menganggu ibu-nya yang lagi tidur. Well, barangkali dia ingin main. Tapi, Si Ibu malah mendorongnya menjauh. Merasa permintaan main ditolak, Si Kucing jadi pundung. Dia pergi main sendiri. Si Ibu yang baru sadar anaknya pundung, langsung terbangun dari tidurnya lalu menjulurkan kepalanya dari jeruji pagar rumah sambil mengeong – kurasa dia lagi berusaha memanggil anaknya kembali. Oke. Kejadian ini nggak benar-benar aku lihat, tapi diceritakan oleh Lila. Aku jadi tertawa berderai-derai mendengarnya (soalnya sambil kubayangkan juga kronologisnya).
Setelah itu, aku tidak melihat mereka lagi.
Kadang-kadang, ada suara cempreng seekor kucing. Kata Lila, itu suara ayahnya. Aku berimajinasi kalau saat itu ayahnya sedang memarahi atau mungkin memberi petuah untuk Si Kucing. Atau barangkali, ayahnya lagi bosan jadi dia menyanyi keras-keras. Kadang-kadang, ada suara bertengkar para kucing juga. Mungkin sedang ada aksi merebut area kekuasaan antar ayah kucing.
Kemudian, hari Minggu kemarin, aku menemukan seekor anak kucing hitam-putih dengan ibunya. Di teras rumah pula! Mereka lagi tidur. Tanpa menyia-nyiakan kesempatan emas di depan batang hidungku, langsung kuambil kamera. Saat aku memfokuskan kamera, tiba-tiba si anak kucing terbangun. Dia nggak mengeong atau mencakar. Dia malah memerhatikan benda hitam besar yang sedang kupegang. Merasa terganggu, si Ibu terbangun tapi kemudian dia tidur lagi. Keluarga kucing yang kutemukan kali ini bukan keluarga Si Kucing. Well, kata Lila, Si Kucing bukan kucing kecil lagi.
Suatu siang, aku melihat Si Kucing dengan ibu-nya. Yup. Dengan ibu-nya – di teras rumah. Mereka lagi bersantai. Kuintip kegiatan mereka. Si Kucing menganggu ibu-nya yang lagi tidur. Well, barangkali dia ingin main. Tapi, Si Ibu malah mendorongnya menjauh. Merasa permintaan main ditolak, Si Kucing jadi pundung. Dia pergi main sendiri. Si Ibu yang baru sadar anaknya pundung, langsung terbangun dari tidurnya lalu menjulurkan kepalanya dari jeruji pagar rumah sambil mengeong – kurasa dia lagi berusaha memanggil anaknya kembali. Oke. Kejadian ini nggak benar-benar aku lihat, tapi diceritakan oleh Lila. Aku jadi tertawa berderai-derai mendengarnya (soalnya sambil kubayangkan juga kronologisnya).
Setelah itu, aku tidak melihat mereka lagi.
Kadang-kadang, ada suara cempreng seekor kucing. Kata Lila, itu suara ayahnya. Aku berimajinasi kalau saat itu ayahnya sedang memarahi atau mungkin memberi petuah untuk Si Kucing. Atau barangkali, ayahnya lagi bosan jadi dia menyanyi keras-keras. Kadang-kadang, ada suara bertengkar para kucing juga. Mungkin sedang ada aksi merebut area kekuasaan antar ayah kucing.
Kemudian, hari Minggu kemarin, aku menemukan seekor anak kucing hitam-putih dengan ibunya. Di teras rumah pula! Mereka lagi tidur. Tanpa menyia-nyiakan kesempatan emas di depan batang hidungku, langsung kuambil kamera. Saat aku memfokuskan kamera, tiba-tiba si anak kucing terbangun. Dia nggak mengeong atau mencakar. Dia malah memerhatikan benda hitam besar yang sedang kupegang. Merasa terganggu, si Ibu terbangun tapi kemudian dia tidur lagi. Keluarga kucing yang kutemukan kali ini bukan keluarga Si Kucing. Well, kata Lila, Si Kucing bukan kucing kecil lagi.
Dan sore ini, aku menemukan si kucing hitam-putih dan ibunya lagi! Langsung kuambil kamera dan kujepret mereka.
Well, atau jangan-jangan si kucing hitam-putih itu sebenarnya Si Kucing? Barangkali, tanda merah di dahinya itu menghilang ketika dia semakin tumbuh.
Di sekolah juga ada keluarga kucing, ngomong-ngomong. Ada dua ekor anak kucing: yang satu berwarna orange, yang satu lagi perpaduan warna kuning dan hitam. Kucing kuning dan hitam suka sok manja ke manusia. Misalnya, ada manusia di sekitarnya. Terus, dia langsung menghampiri – minta dielus. Kalau yang warna orange, dia jarang kelihatan. Ada satu keluarga lagi: ibu dan dua ekor anaknya. Yang satu berwarna hitam, yang lain berwarna putih. Mereka keluarga yang aneh dan hobinya sembunyi dari manusia. Kucing putih fobia sama manusia dan kedua matanya berwarna merah (aku nggak tahu kenapa), kucing hitam galak sama manusia – hobinya menggeram, padahal kalau didekati, nyalinya langsung menguap. Sayangnya, aku kurang suka dengan keluarga kucing yang ini.
Mungkin beberapa bulan ini adalah Bulan Khusus Bagi Keluarga Kucing.
No comments
Terima kasih atas komentarnya, Kawan. Maaf dimoderasi dulu (ᵔᴥᵔ)