Pengumuman lulus nggaknya seorang pelajar kelas 3 SMP - hari ini. Hari Jumat jam satu siang dan itu udah waktu yang amat sangat telat. Pelajar kelas 3 SMP lainnya (maksudku selain SMP-ku) udah mengetahui nasib mereka. Sedangkan, SMP-ku baru diumumkan jam satu.
Shit school.
Hari Jumat paginya aku sengaja nggak dateng ke sekolah (soalnya buat apa coba?). Aku malah menghabiskan waktu baca "The Lost Symbol". Gila, ini buku udah setebal batu bata, penuh sejarah pula. Aku paling malas membaca di saat tokoh bernama Katherine dengan Peter bercakap-cakap tentang sejarah mengenai hal-hal zaman dulu yang dikaitkan dengan penelitian Katherine nantinya (tuh kan, aku juga nggak tau lagi ngoceh apaan). Tapi, emang bener sih pembaca seolah-olah nggak pengen berhenti baca sampai tuntas. "The Lost Symbol" juga banyak vocabulary baru *dalam bahasa Indonesia* - tentu saja. Kalau ada kata-kata yang nggak aku ngerti aku skip aja. Baru sampai adegan di mana si Katherine en Peter ngoceh tentang sejarah, aku langsung nyerah dan mengembalikan bukunya ke rak. Lagipula, aku kan cuman iseng *en sedikit tergoda* buat baca bukunya.
Oke, lanjut.
Selama menunggu jarum panjang menunjuk angka dua belas dan jarum pendek menunjuk angka satu, aku lumayan deg-degan. Gimana nasibku? Ntar aku ikut UN ulangan gak? (kalau begitu harus melahap buku pelajaran lagi deh) Rata-rata nilaiku berapa? Lulus atau nggak?
Kalo misalnya aku nggak lulus, no problem sih sebenarnya. Ntar kalo misalnya gak lulus, aku bertekad untuk mengubah rata-rata yang jumlahnya kecil itu jadi 40 (ha! puas!). Nggak bakal bunuh diri deh. Duileee, nggak lulus aja sampe bunuh diri begitu. Ingat kata d'Masiv, "Hidup adalah anugerah". *tuing*
Sementara anaknya temen Mama udah tau nasibnya dan dia LULUS. Parah, aku kan makin worried.
Akhirnya, aku menerima kertas pengumumannya (yang tampak seperti kertas HVS biasa) dan di situ ada namaku dan nomor peserta ujianku dan tulisan TIDAK LULUS dicoret dan di sebelahnya tulisan LULUS tampak berkilau menyilaukan *di mataku*.
ALHAMDULILLAH.
Biarin deh NEM-nya nggak gede-gede amat *bukan 40 maksudku*. Yang penting lulus en hasil jerih payah sendiri, yeah!
Shit school.
Hari Jumat paginya aku sengaja nggak dateng ke sekolah (soalnya buat apa coba?). Aku malah menghabiskan waktu baca "The Lost Symbol". Gila, ini buku udah setebal batu bata, penuh sejarah pula. Aku paling malas membaca di saat tokoh bernama Katherine dengan Peter bercakap-cakap tentang sejarah mengenai hal-hal zaman dulu yang dikaitkan dengan penelitian Katherine nantinya (tuh kan, aku juga nggak tau lagi ngoceh apaan). Tapi, emang bener sih pembaca seolah-olah nggak pengen berhenti baca sampai tuntas. "The Lost Symbol" juga banyak vocabulary baru *dalam bahasa Indonesia* - tentu saja. Kalau ada kata-kata yang nggak aku ngerti aku skip aja. Baru sampai adegan di mana si Katherine en Peter ngoceh tentang sejarah, aku langsung nyerah dan mengembalikan bukunya ke rak. Lagipula, aku kan cuman iseng *en sedikit tergoda* buat baca bukunya.
Oke, lanjut.
Selama menunggu jarum panjang menunjuk angka dua belas dan jarum pendek menunjuk angka satu, aku lumayan deg-degan. Gimana nasibku? Ntar aku ikut UN ulangan gak? (kalau begitu harus melahap buku pelajaran lagi deh) Rata-rata nilaiku berapa? Lulus atau nggak?
Kalo misalnya aku nggak lulus, no problem sih sebenarnya. Ntar kalo misalnya gak lulus, aku bertekad untuk mengubah rata-rata yang jumlahnya kecil itu jadi 40 (ha! puas!). Nggak bakal bunuh diri deh. Duileee, nggak lulus aja sampe bunuh diri begitu. Ingat kata d'Masiv, "Hidup adalah anugerah". *tuing*
Sementara anaknya temen Mama udah tau nasibnya dan dia LULUS. Parah, aku kan makin worried.
Akhirnya, aku menerima kertas pengumumannya (yang tampak seperti kertas HVS biasa) dan di situ ada namaku dan nomor peserta ujianku dan tulisan TIDAK LULUS dicoret dan di sebelahnya tulisan LULUS tampak berkilau menyilaukan *di mataku*.
ALHAMDULILLAH.
Biarin deh NEM-nya nggak gede-gede amat *bukan 40 maksudku*. Yang penting lulus en hasil jerih payah sendiri, yeah!
aku iri sama "the lost symbol"-nya -,--
ReplyDelete@gee_gee : lah, kenapa iri? baca aja atuh bukunya kalo penasaran :D
ReplyDeletekalo aku sih gara-gara salah seorang temen baca The Lost Symbol. Kebetulan punya bukunya di rumah, yasud gara2 tergoda, aku baca aja (haha, tapi bacanya nge-gantung).