Akhirnya yang ditunggu-tunggu datang juga. Um, tugas ospek, eh, PPSMB, maksudnya. Dikarenakan sinyal internet yang payah, aipet hanya bisa dipakai main game—itu juga dikuasai Lil. Jadi, ada sedikit kekhawatiran ketinggalan informasi ospek (oke, kurasa aku akan menyebut ospek saja karena um, lebih singkat?). Kalau kau tidak mau dibilang kudet, setidaknya kau memiliki akses internet—di hape, atau di dekat tempat tinggal ada warnet. Serius, ketinggalan satu informasi, kau akan ketinggalan informasi-informasi lainnya. Aku bersyukur panitia ospek bikin website khusus.
Setelah mengetahui tugas dan atribut ospek, aku jadi lega. Iya, lega. Karena imajinasiku yang payah mengenai tugas ospek hilang sudah. Kirain bakal disuruh bawa makanan dengan nama-nama aneh, ternyata bikin nametag dan bawa caping. Iya, caping.
Oke, tadinya aku mau mengeluh karena pasti bakal dikerjain senior pakai-pakai caping. Dan betapa baik hatinya para panitia ospek karena membubuhkan keterangan bahwa caping adalah bentuk penghormatan kepada petani Indonesia dan dengan membeli caping, maka turut berkontribusi bagi pengrajin caping. Jika kau tidak bisa menahan kekepoanmu, silahkan cek ini. Setelah itu, aku tidak jadi mengeluh. Nah, begitu dong. Seharusnya panitia ospek memberikan keterangan logis kenapa maba harus bawa ini-itu.
Aku bersyukur mBah-mBahku tinggal di Solo, dan pencarian caping akan terasa mudah. Caping berhasil didapat di Pasar Gede Solo. Lalu, ketika ke rumah mBah, semuanya langsung mendiskusikan caping—ternyata zaman dulu caping-caping yang dibuat kualitasnya bagus. Astaga, betapa masyarakat zaman dulu amat sangat menghargai caping.