Powered by Blogger.

Escapade #1: Museum De Arca

Musim ujian telah tiba. Minggu tenang dihabiskan dengan berbaring gelisah di kasur sepanjang hari sambil scroll hape bukannya membaca slide materi, berburu tempat kerja praktek untuk liburan nanti, dan nonton film. Terima kasih atas industri film yang memberiku alasan untuk keluar masuk gedung bioskop. Entahlah, tapi aku suka bagaimana aku terbenam di kursi sambil makan popcorn dan minum soft drink seraya menatap layar, menikmati cerita dan mendengarkan audio yang lumayan bagus. Lil berkunjung saat liburan dan memberiku alasan untuk masa-bodoh-dengan-ujian-mari-jalan-jalan. Di hari pertama dia menginap di kos, kami langsung nonton Bulan Terbelah di Langit Amerika. Bagus juga filmnya, tapi tidak 100% persis dengan buku. Sebenarnya sudah punya rencana untuk nonton film lainnya, tapi karena hampir semua studio menayangkan TFA akhirnya pilihan kami terbatas.

Sesak


Mataku menerpa pemandangan yang ada di situ. Kota itu tua. Tipikal kota-kota yang selalu aku bayangkan ketika membaca novel dongeng dan fantasi. Jalan berbatu bata merah dinaungi bangunan-bangunan zaman menengah. Cat bangunan-bangunan tersebut berwarna-warni. Kota itu sepi. Tidak ada seorang pun kecuali aku, berdiri kebingungan—bertanya-tanya dalam hati kakiku sedang berdiri di atas tanah di belahan bumi mana. Kutelusuri jalan berbatu bata merah itu.