Powered by Blogger.

Seraya menunggu

Saat ini aku sedang mendekam di rumah--salah satu bagian dari surga kecil dunia--dan menikmati libur semester. Oh wow, setelah berbulan-bulan terlunta-lunta di kampus. Oh, tunggu. Itu belum seberapa dibandingkan para kakak tingkat yang (mungkin) sekarang sedang berkutat dengan skripsi atau kerja praktek atau KKN atau segala urusan kakak tingkat lainnya yang suatu waktu nanti bakal kualami.

Setelah berbulan-bulan menjadi anak kuliah, tolong izinkan aku untuk mengungkapkan ini: "Jadi, kuliah itu begini, ya"--sambil menekuri portal akademik, menunggu-nunggu satu nilai lagi yang belum keluar. Astaga demi troll gunung yang lagi nongkrong di perpus. Satu nilai saja bikin galau karena IP yang tertera masih sementara. Satu nilai saja bikin benak ini mempertanyakan IP perdana fix-nya berapa, digaungkan secara berulang-ulang hingga menganggu waktu tidurku (oh, tunggu. Aku hanya melebih-lebihkan saja biar terkesan apik).

Tau akunnya @yeahmahasiswa? Astaga, dia itu--siapapun dia--adalah sahabatnya para mahasiswa. Bisa menjadi motivator juga terutama untuk mahasiswa tingkat akhir lewat tweets-nya yang nyindir. Ketika SMA, aku sering menertawakan tweets-nya dan bertanya-tanya apakah benar jadi mahasiswa itu nggak menyenangkan amat. Setelah jadi mahasiswa, aku mulai menyimak penuh perhatian terhadap tweets-nya, karena, well, ada tweet-nya yang sesuai dengan apa yang kualami.

Setelah jadi mahasiswa, aku jadi mengerti mengenai urusan orang. Bukankah menyenangkan jika kita bisa melancarkan urusan orang--meskipun mungkin peran kita hanya kecil? Karena, ketika di dunia perkuliahan, semua orang tiba-tiba punya urusan dan jadwal masing-masing. Jadi, kalau ada orang yang menganggap 'jalan sendiri' itu aneh, menurutku itu aneh.

Beralih ke topik lain.

Oh, tunggu. Pernahkah aku menceritakan kegilaanku berburu novel Sherlock Holmes? Ada begitu banyak novelnya di luar sana bertebaran, ya, aku tahu, tapi aku berburu novel terbitan Gramed. Ada sembilan buku yang diterbitkan, dan tinggal tiga buku lagi yang harus kulengkapi. Setelah menonton filmnya--dan itu amat sangat BRILIAN karena menjadikan Robert Downey Jr. sebagai Sherlock-nya, dan membaca novel yang pertama kubeli: "Penelusuran Benang Merah", aku jadi tersihir dengan kepiawaian Sir Arthur Conan Doyle dalam menggambarkan segudang kasus yang sukses bikin penasaran. Dan ternyata ada museum Sherlock Holmes di London, di 221b Baker Street juga! Museum itu resmi jadi tempat singgah mimpiku selanjutnya.

Saat ini aku sedang melahap The Cuckoo's Calling. Oke, aku harus memuaskan rasa penasaranku, peeps. Aku suka bagaimana Robert Galbraith--a.k.a J.K Rowling--menulisnya. Rasanya jadi ingin menelusuri jalan-jalan di London, dan ngomong-ngomong, jalan-jalan itu juga pernah disebutkan di Sherlock Holmes! Brilian.

Oke, setidaknya buku-buku bisa menjadi pengalih perhatian sementara dari penantianku terhadap satu nilai yang belum keluar itu.

No comments

Terima kasih atas komentarnya, Kawan. Maaf dimoderasi dulu (ᵔᴥᵔ)