Powered by Blogger.

Jadi, aku melewatkan Sabtu dengan memakai kebaya

Aku berharap aku cukup memakai toga. Meskipun sebenarnya itu bukan pesta kelulusan. Bayangkan, berangkat setelah Subuh ke salon di hari Sabtu—yang sebenarnya lebih pantas dilewatkan untuk malas-malasan—lalu berhadapan dengan segerombolan remaja 18 tahun yang antri untuk tampil cantik. Ternyata perkiraanku meleset. Jam lima Subuh saja sudah ramai. Aku bertanya-tanya dari jam berapa mereka antri. Kurasa, jumlah pegawai yang merias tidak seimbang dengan jumlah pelanggan. Aku melewatkan waktu di salon sampai jam delapan, sementara ada pawai jam tujuh (oh yeah, bisa kau bayangkan pawai sambil memakai kebaya?). Heran kan kenapa bisa tiga jam nongkrong di salon? Oh, itu karena ada beberapa orang yang datang siang malah dapat giliran duluan. Hei, ini kan hanya perpisahan, bukan pernikahan. 

Begitu sampai di sekolah, pawainya sudah selesai, tentu saja. Aku tak merasa bersalah tak ikut pawai. Ini kan hanya pawai. Kecuali kalau tidak ikut perpisahan. Mungkin aku tidak bisa tenang di rumah dan sibuk SMS menanyakan bagaimana keadaan di sekolah. Sepanjang acara, aku bertanya-tanya kapan saat yang tepat untuk melarikan diri. Karena well, memakai make up dan kebaya dan high heels itu tidak menyenangkan, tahu. Apalagi cuaca cerah. Matahari bersinar di mana-mana, suhu meningkat, dan kau bersusah payah menjaga agar make up-mu tidak luntur. Oh, setidaknya aku membawa pulang goodie bag berisi buku tahunan, pin, gelang, dan stiker angkatan. Tadinya aku mau menempelkan meme troll ke beberapa wajah yang, well, rada menyebalkan, tapi kurasa itu kejam jadi aku mengurungkan niatku. Lagipula, mungkin menyenangkan rasanya ketika beberapa tahun lagi membuka-buka buku itu lalu bernostalgia. 

Ada beberapa orang yang benar-benar berbeda dalam kebaya dan make up. Mungkin itu karena inner beauty yang akhirnya muncul? Entahlah.

Dan ketika aku akhirnya keluar melalui gerbang sekolah, Pa dan Ma langsung heboh memotretku. Lila? Oh, dia hanya duduk diam di mobil sambil memutar bola mata. Ketika sampai di rumah, aku baru sadar begitu banyak jarum yang disematkan untuk merias kerudungku. Dan aku bersyukur acara perpisahan hanya diadakan sehari, di hari Sabtu pula.

Lila pulang ketika kakak-kakak kelasnya UN dan dia menghabiskan waktu menonton 20 episode drama Korea. Astaga, aku tak menyangka ternyata dia tertarik begituan. Aku tak terlalu suka drama Korea, tapi kurasa drama yang ini lumayan seru karena tentang polisi dunia maya yang menggunakan kemampuannya dalam nge-hack untuk mencari seorang pembunuh. Judul drama-nya ‘Ghost’ atau ‘Phantom’ jika kau penasaran. Silahkan cari di Google.

Oke, jadi sekarang tinggal menunggu pengumuman UN. Ah, ngomong-ngomong tentang UN, aku mengeluhkan betapa kualitas kertas jawabannya jelek. Dan kalau tentang tingkat kesulitannya, oke, mari kita bahas topik lain saja, ya? Karena guruku bilang, UN yang sudah lewat tak usah diingat-ingat lagi. Jadi, aku melakukannya.

Postingan sebelum UN

Halo, aku kembali lagi setelah mengalami kebuntuan ide untuk memperkaya blog ini dengan postingan. Apa saja yang telah kulewatkan selain memaksakan diri untuk berkutat di depan setumpuk buku dan mencoba melahap berbagai materi yang ada? UN kurang dari sepuluh hari lagi, loh. Iya, aku tahu. Terus, apa salahnya aku nongol di dunia maya bukannya belajar? 

Well, ternyata menjadi kelas tiga itu menyenangkan. Entahlah, mungkin karena sebentar lagi aku akan menanggalkan seragam putih-abu, upacara setiap Senin, mata pelajaran yang wajib kupelajari walaupun tak ada minat sedikit pun, dan segelintir orang menyebalkan. Bayangkan, tak ada lagi paksaan diri untuk bangun pagi dan melakukan rutinitas yang monoton setiap hari (aku tidak yakin sebenarnya aku malas bangun pagi atau malas sekolah). Betapa aku amat sangat menginginkan jam berputar lebih cepat saat aku masih kelas satu dan dua, tapi di kelas tiga aku merasa biasa saja. Mungkin karena guru-gurunya kurang-lebih rajin masuk sehingga tak ada lagi berjam-jam ‘nongkrong’ di sekolah tanpa melakukan apapun (selain tidur, ngobrol, dan buka 9gag di hape, tentu saja). Jika kau mengalami ‘kelas kosong’ dan tiba-tiba gagasan untuk minta surat izin adalah hal paling brilian, ingatlah ini: selama-lamanya pesawat delay, pada akhirnya terbang juga. Selama-lamanya ‘nongkrong’ di sekolah, pada akhirnya pulang juga. Iya, itu namanya analogi. 

Aku sudah membuat rencana kegiatan setelah UN. Tapi, aku yakin pada akhirnya aku akan melewatkan waktu nganggur buat marathon DVD (oh yeah, mari kita lihat berapa banyak film bagus yang sudah rilis), melahap setumpuk novel, internetan, dan salah satu kegiatan paling sakral: tidur. Mungkin aku akan melewatkan waktu nganggur di tempat bimbel dengan membantai soal-soal SBMPTN juga. 

Oh well, kuharap ini cukup mengatasi rasa penasaranmu mengapa aku tak kunjung ngeblog lagi. Ciao!