Powered by Blogger.

SOC

Pa dan Ma asli Solo. Pa dari Karanganyar, Ma dari Kartasura. Mereka bertemu di Jogja karena sama-sama kuliah di sana. Aku kadang heran kenapa kebetulannya bisa ‘cantik’ gitu. Karena mBah tinggal di Solo juga, jadi setiap lebaran dan liburan semester pasti ke sana—uniknya, aku, Pa, Ma, dan Lil, adikku, rumah mBah Kartasura (orang tua-nya Ma) dijadikan ‘hotel’, terus besoknya kami berkunjung ke rumah mBah Karanganyar (orang tua-nya Pa). Selama setahun, aku bisa mengunjungi Solo lebih dari tiga kali, well yeah meskipun tempat tinggalku di Karawang. Bukannya bosan, aku justru excited. Aku bisa belajar bahasa Jawa (Pa dan Ma saling menggunakan bahasa Jawa kalau ngobrol), meskipun jujur saja, kalau disuruh ngoceh aku tidak bisa. Tapi, setidaknya kalau ada orang yang membicarakan diriku pakai bahasa Jawa, aku bakal ngerti *ngeles*.


Hal yang membuatku heran dari Solo adalah penggunaan bahasa Jawa yang gak hanya dipakai orang tua, tapi juga dipakai anak-anak dan remaja. Aku malah iri dengan budaya ini, andai aku juga bisa menggunakan bahasa daerah dalam percakapan sehari-hari. Tidak semua orang di daerah asalku menggunakan bahasa daerah juga.

Bagi Ma, tempat yang wajib dikunjungi saat ke Solo adalah Luwes. FYI, Luwes itu nama sebuah tempat perbelanjaan, dan letaknya di depan Novotel (aku tidak tahu nama jalannya apa. Beidewei, jika Ma ke Luwes, aku, Pa, dan Lil, adikku, akan berjalan kaki ke Gramed). Kalau nggak ke Luwes, sama aja nggak ke Solo namanya. Bagi aku dan Lil, tempat yang wajib dikunjungi adalah Gramedia di Jl. Slamet Riyadi atau Solo Square. Well yeah, meskipun Gramedia bertebaran di mana-mana, nggak hanya di Solo, menurut kami kurang lengkap rasanya kalau nggak ke Gramedia. Bagi Pa, justru ke mana saja oke.

Aku paling suka wilayah kota Solo di Jl. Slamet Riyadi karena ada rel kereta di pinggirnya. Belum pernah aku menemukan kota yang ada rel kereta di pinggir jalan. Sekarang, kau bisa menemukan kereta wisata model kuno berjalan di atasnya. Tapi, aku belum pernah mencoba menaikinya.

Tempat lain yang wajib dikunjungi ketika ke Solo adalah Laweyan. Ada adiknya mBah tinggal di sana. Jadi, sambil bersilahturahmi sekaligus belanja batik (ini bagian yang paling ditunggu Lil karena setiap berkunjung ke toko batik pasti dia yang paling semangat memilih-milih baju).

Makanan wajib buat Ma adalah es ting-ting (Ma sering menyebutnya begitu—dan amat sangat excited ketika di tengah jalan menemukan penjual es ting-ting). Tapi, seringnya kami menikmati es ting-ting di Stadion Manahan dan Masjid Nurul Iman Kalitan (masjid ini bersebelahan dengan kediamannya Pak Soeharto). Es ting-ting itu es putar yang dicampur dengan ketan, potongan roti, dan kadang-kadang ada sedikit nangka di dalamnya. Sementara makanan wajib buat Pa adalah wedang ronde. Aku lebih suka makan rondenya, ngomong-ngomong.

Satu lagi: THR Sriwedari, masih berada di Jl. Slamet Riyadi. Aku dan Lil langsung melesat ke wahana Rumah Hantu dan Roller Coaster, sementara Pa dan Ma menikmati live music. Entah kenapa aku dan Lil lebih suka dengan kedua wahana itu daripada wahana yang lain—oh hei, apakah ini karena faktor umur? Tapi, sekarang kami tidak pernah ke sana lagi.

Karena sering ke Solo, sempat terbesit keinginan untuk kuliah di UNS. Tapi, alhamdulillah saat ini aku kuliah di kota yang hanya dua jam perjalanan dari Solo, Jogja.

Waktu liburan Lebaran kemarin, kami berkunjung ke Masjid Agung Kraton Surakarta, dan Pasar Gedhe Solo dalam rangka pencarian caping untuk tugas ospek MUEHEHE.









Tahun lalu, kami berkunjung ke Candi Sukuh. Bentuk bangunannya seperti candi Suku Maya. Dalam perjalanan ke sana, kau akan menemukan kebun teh dan pemandangannya lumayan bagus. 

2 comments

  1. lha kok mama papanya kayak saya sama istri saya. saya dari karanganyar dan istri saya dari kartosuro. tapi ketemunya di Solo gak di jogja :), salam kenal mbak dari solo juga :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah kok sama sih hehe.
      Iya salam kenal juga mas ^,^

      Delete

Terima kasih atas komentarnya, Kawan. Maaf dimoderasi dulu (ᵔᴥᵔ)