Powered by Blogger.

'Dek' dan 'Kak'

Aku selalu menghindari kata ‘Dek’, dan meminimalisir kata ‘Kak’ (aku tidak bisa menghindar dari kata 'Kak', terutama ketika di kampus). Kenapa? Karena aku sendiri tidak suka dipanggil ‘Dek’ atau ‘Kak’. Aku tidak pernah manggil ‘Dek’ ke adikku, dan dia juga tidak pernah manggil ‘Kak’. Terus manggilnya apa? Well, kita punya panggilan khusus, kok. Dan itu jauh lebih baik dan lebih akrab. Untungnya, bahasa Jawa yang digunakan di Jogja, jadi aku lebih suka manggil ‘Mbak’ atau ‘Mas’ ke kakak tingkat atau orang lain (terima kasih banyak buat orang yang sudah menciptakan dua kata ini!). Lagipula, semua penghuni kosan saling manggil ‘Mbak’, tuh.

Aku sering menemukan kakak tingkat manggil ‘Dek’ malah ke orang yang (ternyata!) seumuran atau lebih tua. Yah, aku ngerti kok alasannya. Mungkin karena tidak tahu orang itu sebenarnya adik tingkatnya atau bukan. Tapi, ada juga kakak tingkat yang memilih kata ‘Teman-teman’. Itu jauh lebih baik dan terkesan netral, seolah tidak ada lagi penghalang antara si kakak tingkat dengan si adik tingkat, seolah si adik tingkat bisa mengakui kalau si kakak tingkat adalah temannya yang bisa diajak ngobrol apa saja. Aku lebih suka kakak tingkat yang seperti ini. Jujur saja.

2 comments

  1. hai, Mbak Kika... :P
    lama aku ga komen2 di blog ini... hehehe... dan aku baru tau kalo si empunya blog ini kuliah di UGM... *plak* haha... mbak, aku juga sering ke toko buku sama toko merah lho.. :P kali aja kita ketemu... :P

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hi Nike!
      Aku juga udah lama ga blogwalking lagi hehe.
      Iya ya suatu saat pasti ketemu :-P

      Delete

Terima kasih atas komentarnya, Kawan. Maaf dimoderasi dulu (ᵔᴥᵔ)