Powered by Blogger.

Suatu hari di arboretum

Ini terjadi tanggal 4 September, ketika ospek Fakultas. Aku tidak tahu apakah ini hanya ngerjain, seru-seruan, atau serius.

Jadi, para maba disuruh bawa poncho, masker, dan lotion anti nyamuk. Awalnya, aku bertanya-tanya untuk apa gerangan barang-barang itu dibawa. Setelah mengetahui susunan acara ospek, ternyata itu untuk Tour de Biology. Acara khas ospek: keliling-keliling sambil senyum malu-malu ketika lewat di depan senior.

FYI, Biogama punya arboretum, istilah ketje untuk kebun Biologi. Kau bisa menemukannya di sebelah Barat (jika aku tidak salah arah… semoga). Di depannya ada Jalan Taman Biologi yang dipakai tempat kumpul maba ketika ospek. Sayangnya, sering ada kejutan tak terduga datang dari atas. Penasaran? Silahkan datang ke sana. Saran: hindari spot yang penuh bercak putih.

Ketika waktunya jalan-jalan ke arboretum, para maba disuruh mengenakan poncho, masker, dan mengoleskan lotion anti nyamuk, sementara para kakak pemandu hanya mengenakan jas almamater. Aku tidak yakin memakai poncho untuk menghindari ‘kejutan-dari-atas’ atau apa. Rasanya awkward sekali, dudes. Panas pula ditambah memakai jas almamater. Tapi, itu malah berkesan dan bikin ngakak setiap kali membahasnya dengan anak-anak seangkatan yang lain. Astaga, demi hippogriff nyengir.

***

Bagai seorang peneliti, kami para maba sibuk menulis apa saja yang dijelaskan oleh kakak pemandu tentang arboretum.

Kuliah pertama njiyee...

Kuliah pertama adalah satu hal yang ditunggu-tunggu para maba, terutama ketika selesai ospek (ngaku saja, deh). Tanggal 9 September aku mengalami kuliah pertama setelah beberapa hari sebelumnya berbingung-bingung ria (?) mengisi KRS. Spesial untuk maba yang penuh kebingungan (itulah tidak enaknya menjadi maba. Jadi, jangan terlalu bangga ngaku-ngaku seorang maba), pihak akademik fakultas memberi paket mata kuliah yang wajib diambil (dan maba hanya bisa ‘ywdc’ sambil mengeluh betapa jadwal kuliah tidak beda dengan jadwal sekolah: masuk jam tujuh pagi). Bertemu Kimia, Fisika, dan Matematika lagi! Oke.

Setelah itu, para maba rendezvous dengan Dosen Pembimbing Akademik, untuk minta tanda tangan KRS dan konsultasi. Bertemu dengan DPA tidak mudah, dudes. Butuh perjuangan dan kesabaran ekstra. DPA-ku langsung menyemangati maba-nya untuk selalu duduk di depan dan berusaha dapat A di pertemuan pertama. Oke, aku hanya bisa ‘ywdc’ sambil membayangkan tingkat kesulitan yang bakal kuhadapi.

Dosen juga bisa telat. Ada kelas kosong. Ditunggu sampai waktu kuliah selesai, dosen tidak datang. Tak ada bedanya dengan waktu sekolah. Kecilik tenan. Tau gitu kenapa tadi nggak bangun siang aja terus lanjut nyuci *anak kos’ thought*. Well, setidaknya ngisi absensi (?).

Makananku sekarang Campbell edisi Bahasa Indonesia yang terdiri tiga jilid. Jumlah halaman? Oh, beratus-ratus lembar. Sekali lagi, aku hanya bisa ‘ywdc’.

Menjadi maba juga mengikuti agenda kampus. Setiap hari Sabtu selama bulan September aku mengikuti pelatihan soft skills, dan itu masih termasuk PPSMB. Jadi, sebenarnya ospek itu sebulan. Kalau waktu ospek pertama caping is everywhere, kemarin kertas plano is everywhere (dibawa buat soft skills). Begitu berada di Toko Merah, kalau ada seseorang yang membawa gulungan kertas plano, orang itu maba UGM.

Pasca ospek, eh, PPSMB maksudnya

Hai, aku kembali.

 *** 

Rasanya selesai ospek itu… seperti terbang naik Hippogriff. Kalau kau tidak bisa membayangkannya, coba search “Buckbeak’s Flight” di Youtube. Iya, rasanya seperti itu. Sebenarnya, acara baru berakhir tanggal 28 September, tapi hari-hari ‘penyiksaan’ empat hari. Eh, maksudku pakai kemeja putih, rok hitam, dan segala macam do-it-yourself atribut loh ya, bukan ‘penyiksaan’ yang kau kau bayangkan. Kalau kau penasaran dengan tugas-tugas yang harus dibawa, silahkan cek web Palapa. Search di Google, dudes. 

Sampai hari H, caping is everywhere. Setiap hari ada saja yang menjemur caping seraya menggarap nametag. Ketika di jalan ketemu pemuda yang bawa caping, langsung bisa ditebak dia adalah maba UGM. Ngomong-ngomong, aku sudah beli caping di Solo, tapi karena aku dan Ma berangkat duluan ke Jogja naik kereta (sedangkan Pa menyusul), jadi aku tidak membawa caping. Ternyata, caping dibawa saat technical meeting tanggal 31 Agustus. Oke, akhirnya aku beli caping lagi. Dan, terima kasih kepada bapak penjual atribut ospek di depan bunderan UGM, amat sangat membantu. Well, ternyata ada sekelumit keuntungan bawa-bawa caping. Pertama, melindungi dari sinar matahari ketika upacara pembukaan di GSP (9000 lebih maba berkumpul). Kedua, caping adalah ide yang brilian untuk membuat Parade Nusantara (bayangkan 9000 lebih maba berkumpul membentuk “Indonesia Raya”). Aku bertanya-tanya kenapa ide seperti itu bisa terlintas di benak para panitia. Ngomong-ngomong, Gamada adalah istilah kece untuk maba, dan PPSMB adalah istilah kece untuk ospek. Tapi, mari kita pakai istilah ‘maba’ dan ‘ospek’ saja karena lebih mudah. 

Tidak ada kekerasan dalam penyelenggaraan ospek. Bentak-bentakan? Oh, ada, dudes. Di setiap ospek pasti ada. Tapi, aku don’t-give-a-sh*t sama yang itu karena well, ngapain dipikirin. Ketika 9000 lebih maba digiring ke kluster masing-masing, para panitia menyuruh lari. Bayangkan, sambil memegangi caping biar nggak lepas dan memakai rok panjang, aku lari dari GSP ke Fakultas Teknik. Jika kau bertanya-tanya sejauh apa, silahkan main ke UGM. Cobalah lari dari pintu barat GSP menuju ke Fakultas Teknik.

Halo, calon maba UGM dan maba UGM yang tidak bisa menahan kekepoannya untuk search tentang PPSMB, aku akan cerita sedikit. Jadi, ospek terbagi menjadi dua: ospek di universitas dan ospek di fakultas. Kau akan bertemu teman-teman dari fakultas lain ketika mengikuti ospek universitas (namanya Palapa, lebih simplenya) dan dibagi gugus, kluster, dan kelompok. Kali ini aku mendapat kluster Teknik (meskipun aku anak Biologi), gugus Wreksodiningrat (beliau adalah pendiri fakultas Teknik UGM), dan kelompok Ngawen. Setelah melalui berbulan-bulan masa liburan, biasanya bangun siang dan nganggur, selama persiapan ospek aku berangkat pagi, pulang malam, dan banyak tugas. Dari pagi sampai sore ada acara kumpul bersama pemandu dan teman-teman kelompok, malamnya menekuri tugas. Sebenarnya, untuk tugas Palapa tidak banyak, tapi untuk tugas ospek fakultas banyak sekali. Rekor tidur terbaruku tidur jam dua malam bangun jam empat pagi. Sialnya, itu membuatku ngantuk saat seminar. Padahal, pembicara-pembicara yang diundang adalah pembicara yang ketje-ketje, tapi seolah troll gunung menggantung di kelopak mata, mataku tidak bisa menahan untuk tidak terlelap.

Hari pertama adalah upacara pembukaan dan hal yang spektakuler dari hari pertama adalah penampilan marching band UGM dengan aransemen bak nonton orkestra dan tarian, tiba-tiba pesawat kecil melayang memutari GSP dan di ekor pesawatnya ada spanduk “Selamat Datang Calon Pemimpin Bangsa”. Ah, itu ketje sekali. Panitia Palapa benar-benar brilian. 

Hari kedua adalah Parade Nusantara, setelah sebelumnya 9000 lebih maba turun ke Jalan Kaliurang sambil membentangkan poster. Itu adalah hal yang nekat tapi brilian.


Astaga, kau harus merasakan sendiri ospek di UGM, dudes, karena ternyata kalau dipikir-pikir ospeknya seru juga meskipun harus lembur ngerjain tugas. Serius. Tapi, aku tidak mau ikut ospek lagi meskipun disumpal pakai tiket masuk The Wizarding World of Harry Potter. Tidak, terima kasih banyak. 

 ***

Beidewei, aku sudah mencicipi rasanya keliling pakai sepeda kampus dan nongkrong di perpus. Dan, ngomong-ngomong desain Gedung Pusat UGM ketje sekali, aku baru sadar. 

***

Sempat mengalami culture-shock juga. Biasanya mendengar orang pakai ‘kanan-kiri-samping-belakang-depan’ untuk menunjukkan arah dan ‘gue-lo’ dalam percakapan, di JOG orang-orang memakai ‘utara-barat-selatan-timur’ untuk menunjukkan arah dan ‘aku-kamu’ dalam percakapan. Jadi, rada geli juga mendengar cowok pakai ‘aku-kamu’.

***

Buat para calon maba UGM, jika kau kebetulan membaca ini, tidak ada yang perlu dikhawatirkan dari ospek UGM. Kau akan menikmatinya bersama teman-teman barumu dari berbagai daerah di Indonesia.

***