Powered by Blogger.

Fckyeah smartphone!

“Si A mana sih? BM ga dibales.” 
“Coba ditelpon aja.” 
“Nggak punya nomornya.” 

***

“Gue males bales SMS. Mahal soalnya.”

***

Via Twitter – “Lo di mana? Gue lagi ga ada pulsa.”

***

“Cie pake BB. Invite, dong!”

***

“Bete ih semalem BBM pending mulu.”

***

“Cepetan tuh mumpung jaringannya 3G!”

***

“Ih apaan sih nih orang di RU updet mulu!”

***

"Lo punya Instagram? Follow yang gue napa?"

***
“Liat PM-nya si A, deh.” 
“Mana? Di RU gue ga ada.” 
“Belum masuk kali?”

***

Via Twitter – “Sori dibajak sama @abcd.”

***

Via Twitter – “BM pending. Di sini aja ya?”

***

“Brosur kali, BM gue di-R doang.

***

Sounds familiar? Saat ponsel pintar dengan segudang aplikasi menggenggam dunia, semua orang rela mengeluarkan uangnya buat beli pulsa internet, sedangkan pulsa buat SMS dan nelpon nggak ada. Kontak seseorang yang penting ada di kontak chat, tapi nggak ada di kontak SIM card. Setiap berada di tempat umum, orang-orang melenggang atau duduk santai sambil pandangannya tertuju ke si ponsel pintar. Bahkan, aku pernah liat orang pacaran duduk nunggu makanan di restoran sambil masing-masing sibuk sama hapenya. Aku curiga jangan-jangan mereka ngobrol via chat.

My curiosity could kill the Panthera leo

Kenapa orang-orang populer (yang dikelilingi orang-orang yang sama populernya) malah pengen cepat-cepat sampai rumah dan meraung-raung menyesali berakhirnya liburan? Kukira mereka cinta sekolah. 

Kenapa para guru komplen saat murid-muridnya buang sampah dan menyelundupkan buku saat ulangan ke dalam kolong meja jika pihak sekolah bisa memesan meja tanpa kolong? Kuharap para tukang kayu tidak keberatan. 

Kenapa orang-orang bersikap maha-tahu bagaimana seharusnya seseorang menjalani hidup sedangkan mereka sendiri tidak terlalu ahli dalam menjalani hidup masing-masing? Kurasa mereka harus melepaskan tangannya dari setir kehidupan orang lain. 

Kenapa orang-orang repot-repot minta bantuan untuk mengambilkan sendok di seberang meja, misalnya, jika mereka bisa ngambil sendiri? Sayangnya, berkali-kali ‘Accio’ diucapkan, tetap saja sendoknya bergeming.

Kenapa orang-orang yang hobi nyontek capek-capek ikutan bimbel kalau pada akhirnya waktu ujian mereka nyontek? Sayangnya, para guru killer Hogwarts hanya tokoh fiksi.

***

…dan kenapa aku menanyakannya?

My imagination runs wild



Aku senang berada di Sea World (entah mengapa kalimat ini membuatku merasa seperti seorang anak umur tujuh tahun)—apalagi memandangi aquarium hiu dan berjalan menelusuri terowongan yang bisa membuat pengunjung menikmati kegiatan para biota laut. Tapi pikiran tentang aquarium-aquariumnya yang tiba-tiba pecah terus ikan-ikan raksasa karnivora langsung haus darah begitu menyadari daging-daging segar dan empuk jumpalitan panik di sekitar mereka (baca: manusia, dan ikan-ikan jinak), selalu menghantui. Mungkin karena adegan film tentang hiu berintelegensi tinggi yang berbalik menyerang manusia dengan memecahkan aquariumnya masih terekam otak kali, ya? Itu sebenarnya karena ketebalan dan kekuatan kacanya yang kurang, hiunya yang kelewat jenius dan kuat, tentu saja, atau imajinasi para pembuat filmnya yang berlebihan, sih?

Mereka terlalu berharga untuk dilewatkan

Baru saja menamatkan Sepatu Dahlan. Dan aku baru nyadar kalau inti dari ceritanya sama seperti Laskar Pelangi dan Negeri 5 Menara: berasal dari keluarga sederhana, dikelilingi sahabat-sahabat yang selalu setia dan pengertian, naksir sama seorang cewek (dan selalu diceritakan kalau si cewek itu berwajah cantik), mengikuti suatu kompetisi dan berhasil memenangkannya, bermimpi lalu mimpi itu terwujud. Tapi, tetap saja nikmat untuk dilahap. Kurasa, semua orang harus baca ketiga novel itu karena rugi banget belum pernah membaca (apalagi mendengar) buku-buku sebagus itu. Oh yeah, karena buku-buku itu terlalu berharga untuk dilewatkan.

Awesome island called Bali

Aloha! Sudah berapa lama blog ini tidak update? Oke, alasan pertama adalah aku tidak tahu postingan apa yang harus kutulis. Rencana mau ngepublish cerita, tapi emang dasar ide malah tersendat. Alasan kedua adalah aku sibuk bersantai di rumah setelah melalui UKK. Oh yeah, kapan lagi coba? Tahun depan kan berbagai ujian menghadang. (Cowabunga, selamat datang kehidupan kelas tiga SMA!)

Langsung ke pokok permasalahan. 

Bulan ini liburan ini ke Bali. Oh yes man, kau nggak salah baca dan aku lagi nggak bermimpi. Ke Bali. Pulau yang menjadi impian semua WNI.