Powered by Blogger.

Menyelami laut biru dan membenamkan kaki di pasir putihnya

Empat hari liburan kuhabiskan di Lombok (dan kau tidak akan menemukan tumpukan-tumpukan cabai di mana-mana, karena kata Lombok di sini bukan berarti cabai). Aku menemukan kaus bertuliskan Lombok Bukan Cabe, Deh dengan gambar cabai merah besar di beberapa toko souvenir. Ada penjelasan di bawahnya kalau Lombok itu artinya lurus, dari bahasa Sasak. Well, kukira aku akan menemukan banyak tumbuhan cabai di pulau ini, tapi ternyata tidak. Jika kau mengunjungi Pulau Lombok, kau akan menemukan pemandangan alamnya yang indah (dan itulah salah satu alasannya mengapa banyak turis asing di sini).


Kau akan mendapati pasir pantai Kuta yang putih dan batu-batu berbentuk aneh tertimbun di dalamnya (ini bukan Kuta di Bali loh, tapi Kuta Lombok dan hal ini baru kuketahui kalau ada pantai bernama Kuta juga di Lombok). Kau juga akan mendapati warna laut pantai Kuta, biru muda menyegarkan, seolah kau ingin terjun bebas dari ketinggian menembus birunya laut. Dan oh, pantainya bersih, tentu saja.


Well, ternyata apa yang dikatakan orang-orang memang benar kalau pantai di Lombok itu bersih dan pasirnya putih.




Kalau main ke pantai Lombok, apalagi di Kuta, jangan lupa bawa pulang batu-batu berbentuk aneh yang banyak!


Menurutku, pantai Kuta lebih bagus daripada pantai Senggigi, tapi lebih banyak orang yang mengunjungi pantai Senggigi.

Kami makan sate ala Lombok di pinggir pantai Senggigi sambil duduk-duduk di bawah pohon dan main pasir, menikmati angin sepoi-sepoi. Bedanya dengan sate biasa, bumbu sate ala Lombok bukan bumbu kacang, tapi kayak bumbu Padang (maksudku, rasanya yang nggak biasa). Lontongnya nggak diiris-iris, tapi dicocol ke bumbu.

Di Lombok banyak pura, tapi bukan berarti jumlah masjid-nya sedikit. Dan banyak rumah adat juga di sini yang beratap ilalang. Hawa pantai Lombok juga nggak terlalu panas menyengat, jadi kau bisa bebas main pasir dan ombak tanpa tersengat sinar matahari (begitulah yang kudapatkan saat di pantai Kuta).

Selain main ke pantai, kami juga berkunjung ke Hutan Monyet. Well, kau melewati jalan raya dinaungi pepohonan lalu tiba-tiba kau menemukan beberapa ekor monyet berdiri di pinggir jalan, menunggu makanan dari pengguna jalan yang lewat. Tenang saja, monyet-monyet di sini ramah, kok, mereka tidak akan merampas barang-barangmu (kecuali seekor monyet besar bergigi tajam, dia galak, loh, dan rakus. Hati-hati saja :p).




Setelah melewati jalan raya di Hutan Monyet yang berkelok-kelok, naik-turun, lalu tiba-tiba kau mendapati pemandangan laut biru.


Kau bisa melihat dasar lautnya, Kawan?

Kendaraan khas Lombok namanya cidomo. Kalau berkunjung ke Lombok, jangan lupa juga untuk mencicipi rasanya naik cidomo (kubocorkan saja, ya. Rasanya sama saja seperti naik delman, karena cidomo adalah sejenis delman).

Setiap sore, orang-orang nongkrong di pinggir pantai sambil makan jagung bakar, menunggu sunset—dan sayang sekali aku tidak sempat melihatnya.

P.s. Sayang juga kami nggak sempat berkunjung ke Gili.

No comments

Terima kasih atas komentarnya, Kawan. Maaf dimoderasi dulu (ᵔᴥᵔ)