Powered by Blogger.

Little wishes and... imaginations

Di sekolah, aku membicarakan cita-cita, impian, harapan, prediksi, dan tetek bengek mengenai masa depan dengan beberapa teman. Dimulai dari pertanyaan biasa macam, "Kau mau lanjut ke jurusan mana, nih?" diakhiri dengan pertanyaan yang biasa ditujukan untuk para murid Taman Kanak-Kanak, "Cita-citamu apa, nih?" Aku tidak heran mereka mempunyai impian-impian seru seperti misalnya membuka showroom mobil mewah atau membangun sebuah sekolah sepakbola.

Well yeah, Albert Einstein benar. Imajinasi lebih penting daripada pengetahuan.

Lucunya, impian-impian yang kami tuturkan bisa digabungkan dengan impian-impian lainnya. Seperti misalnya, salah seorang teman di kelas diprediksikan menjadi seorang atlit TimNas dan kemudian dia menjadi pelatih di sekolah sepakbola itu, lalu seorang teman lain di kelas yang diprediksikan menjadi dokter dan suster akan ikut membantu para siswa yang cedera, lalu seorang teman lain di kelas yang kreatif akan mendesain seragam sekolah (dan membuat rancangan bangunan sekolahnya, tentu saja) terus seorang teman lain di kelas yang diprediksi mempunyai sebuah butik akan membuat seragam-seragam itu. Oke, jadi yang paling berpengaruh adalah salah seorang teman di kelas yang mempunyai impian membangun sekolah sepakbola.

Karena itu, aku menjadi ingat dengan para anggota Sahibul Menara yang selalu nongkrong di bawah menara masjid Gontor sambil menunggu Maghrib. Mereka membicarakan tentang impian masing-masing dan melihat awan-awan di langit senja membentuk negara-negara impian mereka. Dan kemudian, mereka berhasil meraih awan-awan itu. Oh yeah, semoga saja kita bisa seperti mereka, Konstelasi X9.

Hari ini nyaris semua jam pelajaran kosong. Tidak ada guru yang mengajar di kelas berarti bisa menonton film. Aku asyik duduk diam sambil memerhatikan layar laptop, menonton sebuah film tentang seorang wanita yang terkena penyakit Alzheimer. Harus kukatakan, nonton bareng itu seru – bisa saling berkomentar tentang suatu adegan.

Dan sepanjang hari, aku tertawa.

2 comments

  1. Imajinasi lebih penting daripada pengetahuan.

    bener ka kata Einstein. karena pesawat terbang itu juga awalnya dari imajinasi
    :)
    salam yah kikaaa...
    aku seneng baca blog papahmu dan baru ngeh kalau kamu punya blog di sini
    :)

    ReplyDelete
  2. Hehe makasih yaaaa :)
    Salam hangat.

    ReplyDelete

Terima kasih atas komentarnya, Kawan. Maaf dimoderasi dulu (ᵔᴥᵔ)