Powered by Blogger.

School-free-day post

School-free-day on this Saturday cause of Teachers Day. Wew, seems like a magic when I was on twitter and read timelines that there was no school for Saturday. Waktu pengumuman libur diumumkan, aku udah pulang dan untungnya sepulang sekolah aku langsung log in ke twitter. Kalo nggak, mana aku tahu kalo besok libur. Aku berani bertaruh, setelah pengumuman itu diumumkan, berpasang-pasang kaki menari tap di lapangan – merayakan hari libur walaupun cuma sehari. Well yeah, kan jarang-jarang tuh Smansa memberikan libur walau hanya sehari kepada seluruh warganya *apalagi para peserta didiknya*. Dengar, sekolah lain udah meliburkan peserta didiknya waktu hari Kamis, sementara Smansa nggak. Dan amazingnya, liburnya waktu hari Sabtu uhuy!

Kebetulan, di hari Sabtu my-adorable-sista ikut manasik haji untuk ke-tak-terhitung kalinya. Aku memutuskan untuk ikut, hitung-hitung bernostalgia gitu deh *hasyalala*. Terus, daripada di rumah ngapain coba?

Banyak anak kecil di MDA-nya si Lila yang memakai pakaian ihrom dan sibuk lari-larian di lapangan. Ada Ka’bah juga wahahaha *ya iyalah /plaks*. Tapi, dalam ukuran mini dan ada Hajar Aswadnya juga! Tapi, bukan beneran lah cuma kertas aja gitu dibentuk kayak Hajar Aswad. Ekspresi si Lila dari mulai wukuf sampai tahallul datar aja en nampak…bosan. Well yeah, tentu aja. Dia kan udah ke-tak-terhitung kalinya ikutan manasik haji. Atau mungkin karena dipantau sama kakaknya yang paling culun di kelas ini kali ya terus dia jadi pundung gitu?

Betewe, still remember about my Anyaman Projects? Proyek yang kukumpulkan udah dinilai sama Mr. T dan tebak nilainya berapa coba? Enam puluh lima. Pas. Nggak ada plus nggak ada min. Eh, udah bergetar jemariku memegang kuas, tanganku yang belepotan tinta, dan mukaku yang bersimbah peluh, dikasih nilai enam puluh lima? Oh gosh, mendapatkan nilai delapan puluh dari Mr. T emang susahnya minta ampun (yah, kecuali jika kau seorang calon seniman). Nah, Mr. T memberikan proyek lagi nih. Kali ini, anyamannya bentuk lingkaran gitu. Nah, lingkaran itu kan identik dengan jangka, jadinya menebalkan garisnya itu pake jangka yang udah dibubuhi oleh tinta. Terus, tebal goresan tintanya itu harus 0,8 mm. Bisa dibayangkan gimana rempongnya memutar jangka yang dibubuhi oleh tinta? Alhasil deh, belepotan ke mana-mana terus terancam goresan garisnya ketebelan (baca: lebih dari 0,8 mm).

Dan itu membuatku mikir. Harus cari jangka yang bisa buat drawing pen berukuran 0,8 mm nih. Dengan begitu, nggak usah berkutat ria dengan tinta hahahaha *dilempar sekardus drawing pen oleh Mr. T*.

Oh iya, ngomong-ngomong tentang tugas, Mr. M memberikan tugas nih mengerjakan berlembar-lembar soal Math di workbook. Terus, dikumpulkannya awal Desember gitu. Haha, gampang deh tinggal lihat ke temen yang udah mengerjakan semua soal hahahaha *dilempar buku paket Math versi bahasa Inggris sama Mr. M*.

Ngeh, udah ah. Maaf ya udah berminggu-minggu aku nggak posting. Selamat bermalam minggu.

Oh. Tidak. Aku. Kena. Remedial.

Kau telah terbebas dari belenggu soal-soal yang memusingkan begitu lembar jawabanmu tertumpuk rapi di meja guru. Setelah itu, kau tinggal menarik napas merdeka dan menunggu hasil kerja kerasmu. Begitu hasil kerja kerasmu dibagikan, mulutmu akan menganga lebar dan bergumam, “Ah, hebat. Aku kena remedial”. Padahal, kau merasa kau sudah mengerjakannya dengan benar dan menurutmu soal-soalnya piece-of-cake. Tapi ternyata, kau kena remedial.

Kau udah belajar sampai larut malam dan besoknya kau menjawab soal-soalnya dengan lancar. Tapi, kok bisa sih kau kena remedial? Hm, kalau begitu, kita senasib, kawan. Hm, bukannya aku sombong. Tapi, memang benar kok soal-soal UTS kemarin asa gampang en lacar dijawab.

Remedial itu nggak enak, tapi perlu. Perlu banget buat nilaimu nanti. Tapi, nggak enaknya kau harus berhadapan dengan soal-soal lagi sementara teman-temanmu yang lain asyik menatapmu dengan mulut menyeringai lebar seraya bersyukur nggak kena remedial.