Powered by Blogger.

Apapun direlakan demi sebuah nilai!

Entah kenapa aku jadi benci banget sama pelajaran Seni Musik. Kenapa coba? Kenapa? Soalnya, harus pake alat musik. Dan kalo misalnya kita nggak punya alat musiknya, terpaksa deh beli. Bener kan? Kalo kata aku, bener banget! Yeah, ada sih yang nggak usah beli. Bikin marakas misalnya. Botol bekas diisi pasir. But sayangnya, alat musik kayak gitu nggak boleh digunakan, huh!

Tentu saja, gara-gara nggak punya alat, aku mesti beli. Well, actually, ada kok alat musik di rumah. Keyboard mini en keyboard gede en sebuah gitar yang aku yakin, udah berdebu karena jarang dipake. Keyboard mini, aku beli waktu kelas 6 SD. And, itu dadakan banget belinya. Aku mesti rela mencongkel tabunganku untuk beli tuh keyboard. Harganya 100 lebih pula! Oh God, tapi aku ikhlas. Demi sebuah nilai Seni Musik, ma men!

And, kali ini diulang lagi. Yang lebih parah, aku beli dua alat musik. Recorder en Pianika. Yeah, recorder en pianika, readers! Gila, untung masih ada sisa lebih sedikit uang di tabunganku.

Belum juga berumur seminggu beli recorder, eh udah beli pianika. Tolong bayangkan ini, recorder seharga dua puluh ribu (gak nawar!) besoknya beli pianika seharga tujuh puluh lima ribu rupiah! (sekali lagi nggak nawar!).

Wah wah, berapa total uang yang harus aku keluarkan. Oke, aku bisa belajar recorder. Tapi, suaranya nggak enak didenger en gak nyambung (recorder yang salah apa aku yang salah?!). Allright, pianika pun dibeli olehku keesokan harinya.

Ini penting banget soalnya! Kelompok seni musikku ingin memainkan lagu Naruto judulnya Alive, dan not-not piano-nya ada 4 coret. Itu loh, yang kalo di piano pencet tuts hitam. Nah nah, mana ada coba not 4 coret di recorder? So, I would prefer pianica.

Haha, anehnya lagi, aku nggak ngerasa nyesel tuh udah ngeluarin duit tujuh puluh lima ribu plus dua puluh ribu buat beli alat musik. Biarlah, jadi buat melengkapi koleksi alat musik di rumah kan?
tinggal biola en drum set yang belum punya.
Nice work, kika.

Belum pernah kau seperti ini. Biasanya kau ngirit. Oke oke, so... bener kan? Apapun diperjuangkan, direlakan, dipertaruhkan demi sebuah nilai.

Ekskul Bahasa Inggris : The First Day

Sungguh keajaiban. Sekolahku mengadakan ekskul bahasa Inggris. Tapi, nggak semua murid bisa merasakan. Soalnya... Nape coba? Kelas 9 doang yang wajib ikut ekskul. Alasannya? Belum diketahui secara pasti. Untuk bimbingan UN, biar bisa cas-cis-cus bahasa inggris, bla bla bla... Aku tidak tahu pastinya.

Dan, tentu saja.

Hari ini kebagian aku yang ekskul. Actually, kelasnya dibagi-bagi. Misalnya 20 orang dari kelas 9A kebagian hari Rabu, terus 20 orang lainnya hari Kamis. Sialnya, jadwal ekskul-nya bentrok sama les ETC (well, ETC juga bahasa inggris!). Haha... Mau gimana lagi, kan wajib. Harus datang terus! Nggak boleh bolos walau pun sekaliiiiii aja (trus, kalo sakit gimana dooong?).

Mulai ekskul jam 2, pulangnya jam 4. Udah ditunggu beberapa menit, lewat dari jam 2, gurunya belum datang-datang juga. Eh, nggak taunya malah disuruh pindah kelas!

Nggak lama kemudian, gurunya datang. Tapi, bareng sama Bu T (guru bahasa inggris di kelasku yang lumayan killer). Aku bersungut-sungut sebal, kok diajar sama Bu T sih? Tapi, ternyata bukan!

"No, I'm not here," kata Bu T.

Hhhh...Aku bisa menarik napas lega.

"Bu V lagi ada urusan, jadi kalian dibimbing sama asistennya Bu V," lanjut Bu T lagi. Bu V sebenernya yang ngajar di kelasku.

Yasud, akhirnya kelasku diajar sama asistennya Bu V itu. Namanya Mrs. R. Orangnya baek, beda banget sama Bu T.

Tentu saja, pelajaran bahasa Inggris yang pertama adalah : Partings and Greetings!
Itu loh, ungkapan-ungkapan sebangsa dan setanah air "Good morning", "Good Night", "How are you?", "I'm fine thanks. And you?" bla bla bla... begitulah -_____- *cukup membosankan!*

Tapi, ada juga sih ungkapan-ungkapan baru, ada juga yang nggak nyambung.

Misal, "Semoga perjalanan Anda menyenangkan" kalo di-bahasa inggris-in jadi "Have a nice day" atau "Have a good time". Aneh. Lebih nyambung "Have a good journey", right??

Pulang-pulang dari ekskul, kakiku pegel beraaaat!

"Lompat, Kik! Lompati pagarnya!"

Tiba-tiba aja seseorang memberitahuku kalo jadwal les libur. Tentu aja aku senangnya bukan main. Bisa maen komputer lagi deh di rumah. Hohoho… Tanpa buang waktu lagi, aku langsung pulang ke rumah. Yah, di jalan lancar-lancar aja.

Eh, tiba-tiba aku mengalami masalah kecil waktu udah sampe rumah.

Pagar rumahku digembok! *tumben banget!* Ugh, sial! Sekarang gimana aku bisa masuk cobaa??

Tapi, otakku memerintahkan kalo aku panjat aja pagarnya. Terus, aku buka kunci pintu rumah pake kunci duplikat punyaku deh! Tiba-tiba, aku urungkan niatku.

Well, waktu aku masih SD, Papa pernah berkata gini; “Kalo misalnya pagar rumah digembok, apa yang harus kamu lakukan?”

Dengan tampang polos, aku menggeleng.
“Lompat, Kik! Lompat! Lompati aja pagarnya! Nggak apa-apa. Terus, kamu buka
kunci pintu rumah pake kunci duplikatmu," kata Papa.
“Kan kayak pramuka,” lanjut Papa.

*Well, Papa-ku kan cukup gokil.*

Lalu, aku perhatikan sekelilingku. Oke, dalam keadaan sepi. Kayaknya tetangga-tetanggaku lagi pada pergi deh! Terus, aku pikir lagi. Well, sepertinya bukan ide yang buruk.

Tanpa babibu, aku langsung melompati pagar rumahku. Yeah, aku lompati tuh pagar! Untung saja pagarku nggak tinggi-tinggi amat. Dan untung saja nggak ditempeli pecahan-pecahan kaca. Dan untung saja pagarku ada celah-celahnya, jadi ada tempat untuk kakiku berpijak.

Oke, step satu telah selesai. Sekarang lanjut ke step dua. Aku ambil kunci duplikatku dari tas. Oh, untung saja aku bawa kunci duplikatku. Gimana kalo nggak coba? Duduk diam di depan pintu sampe semua anggota keluargaku pulang? Nope, thanks.

Step dua berhasil dan aku bisa masuk rumah! Hahaha…

Oh, terus gimana dengan gembok yang belum dibuka? Hoho, who cares? Yang penting, aku bisa masuk rumah walau pun dengan cara kayak maling.

So Silly.